Soloraya
Senin, 26 September 2011 - 04:11 WIB

GBIS Kepunton punya banyak nama

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SEJARAH -- Subagyo, 57, warga Tegalharjo RT 4/ RW V, Jebres, Solo, menunjukkan buku berisi sejarah GBIS Kepunton yang dibagikan oleh Jonathan Setiawan, pendeta gereja setempat. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

(Solopos.com) – Sebuah bangunan gereja dengan warna cat krem berdiri kokoh menghadap utara di tepian Jalan Arif Rahman Hakim. Gereja itu masuk dalam wilayah Kelurahan Tegalharjo, Kecamatan Jebres, Solo. Itulah Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton. GBIS mampu menampung sekitar 5.000-an jemaat saat dilaksanakan kebaktian.

SEJARAH -- Subagyo, 57, warga Tegalharjo RT 4/ RW V, Jebres, Solo, menunjukkan buku berisi sejarah GBIS Kepunton yang dibagikan oleh Jonathan Setiawan, pendeta gereja setempat. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Advertisement
GBIS Kepunton pernah dinobatkan sebagai GBIS terbesar tingkat Jawa Tengah dan telah mengalami tiga kali renovasi. Untuk saat ini, GBIS Kepunton merupakan gereja tertua di Kecamatan Jebres. Cikal bakal jemaat GBIS Kepunton bermula dari jemaat Gereja Sing Ling Kauw Hwee Pantekosta Tambaksegaran, Banjarsari, Solo. Kebaktian pertama dimulai pada tanggal 2 Februari 1947 yang diikuti oleh 12 orang jemaat yang dirintis oleh Pendeta Yahya Setiawan.

GBIS Kepunton berdiri tahun 1947. Bangunan gereja berdiri di atas tanah kosong bekas lapangan sepakbola di Kepunton dengan luas sekitar 1.800 meter persegi. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1956 oleh ibu Emma Setiawan, istri Yahya Setiawan. Batu pertama itu bertuliskan ‘pertjaja’ (percaya-red) karena menurut para pembangunnya, untuk membangun sebuah gereja harus dengan iman. Awal pembangunan gereja membutuhkan dana Rp 200.000, namun saat itu dana yang tersedia hanya Rp 20.000. Namun semua biaya pembangunan dapat dikumpulkan. Total biaya untuk pembangunan awal gereja sekitar Rp 350.000.

Pembanguan gereja selesai pada 15 Mei 1957 dengan pendeta pertama GBIS Kepunton adalah pendeta Yahya Setiawan. Gereja itu awalnya dinamakan Gereja Pelangi karena bentuknya seperti pelangi yang bisa menampung 1.000 orang jemaat. Kemudian pada 1967, gereja itu mengalami renovasi dengan sebutan nama Gereja Sayap Burung Nazar. Sepuluh tahun kemudian, pada 1977 gereja itu mengalami perluasan bangunan. Dan gereja itu dikenal dengan sebutan Salib Ditengah Samudra. Pada tahun 1987, gereja kembali mengalami renovasi untuk kali ketiga. Bangunan gereja itu dinamakan Gereja Mahkota yang bertahan hingga sekarang.

Advertisement

Sekitar tahun 1995, terdapat pergantian pendeta GBIS Kepunton yakni Jonathan Setiawan. Pendeta saat ini merupakan anak dari Iwan Setiawan, pendeta pertama GBIS Kepunton. “Keluarga Pak Iwan sangat baik kepada masyarakat, orangnya santun dan membantu terhadap sesama,” papar Subagyo, 57, yang menceritakan sejarah berdirinya gereja kepada Espos, Minggu (25/9/2011) sore.

Warga Tegalharjo RT 4/ RW V, Jebres, Solo ini mengisahkan GBIS Kepunton sempat diteror bom oleh seseorang tak dikenal melalui telepon menjelang perayaan Hari Natal 2009 lalu. Namun setelah puluhan petugas polisi mengecek dan menyisir area gerea, tidak ditemukan barang yang mencurigakan. “Semenjak itu, tidak terdengar isu teror peledakan bom di gereja ini. Baru kali ini terjadi ledakan bom beneran,” imbuh Subagyo sembari menatap gedung GBIS.

Warga setempat, Yono, 51, menceritakan kegiatan gereja pada hari libur digunakan untuk sekolah anak-anak dengan pengajar yang dibiayai oleh pihak gereja. Dan pihak gereja, sambung Yono, kerap membantu warga yang tidak mampu. “Pendeta sekarang (Jonathan-red) sangat perhatian kepada warga miskin. Bahkan jika ada keluarga miskin menghendaki sekolah, maka Pak Pendeta siap membantu biaya pendidikan,” terangnya.

Advertisement

Muhammad Khamdi

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif