Soloraya
Kamis, 4 Agustus 2011 - 18:41 WIB

Daya serap pupuk di Klaten rendah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PEMUPUKAN -- Seorang petani sedang melakukan pemupukan di sawahnya beberapa waktu lalu. Saat ini konsumsi pupuk cenderung merosot lantaran banyaknya hama sehingga sebagian besar petani memilih berhenti bertanam. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Klaten (Solopos.com) – Daya serap penggunaan pupuk di Kabupaten Klaten cukup rendah. Hal itu membuat para pengecer mengalami kerugian lantaran pupuk tidak laku terjual.

PEMUPUKAN -- Seorang petani sedang melakukan pemupukan di sawahnya beberapa waktu lalu. Saat ini konsumsi pupuk cenderung merosot lantaran banyaknya hama sehingga sebagian besar petani memilih berhenti bertanam. (JIBI/SOLOPOS/dok)

Advertisement
Yon Mujiyono, 43, seorang pengecer pupuk asal Solodiran, Manisrenggo, Klaten, saat ditemui wartawan, Kamis (4/8/2011), mengatakan sepanjang tahun 2010 lalu, penjualan pupuk jenis pusri mencapai 91 ton. Namun hingga memasuki pertengahan tahun 2011, jumlah pupuk pusri yang terjual baru 39 ton. Sementara penjualan pupuk jenis ZA atau amonium sulfat tahun 2010 mencapai 57 ton, namun hingga pertengahan tahun 2011 ini jumlah pupuk ZA yang terjual mencapai 26 ton. Bahkan, hingga kini Yon masih memiliki stok masing-masing 2,5 ton pupuk pusri dan ZA. ”Sudah sekitar dua bulan pupuk saya tersimpan di gudang lantaran tidak laku. Saya pesimistis penjualan pupuk tahun ini bisa menyamai capaian tahun lalu,” tukas Yon.

Sementara itu, data dari Dinas Pertanian Klaten menunjukkan penyerapan pupuk urea tahun ini hanya mencapai 25,33% dari total kuota sebesar 30.500 ton. Kuota pupuk NPK tahun ini mencapai 11.100 ton, namun hanya terserap 21,73%. ”Penyerapan pupuk memang masih rendah. Mestinya penyerapannya bisa lebih dari 50% lantaran sekarang sudah memasuki semester II 2011,” kata Kasubag Sumber Daya Alam Bagian Perekonomian Setda Pemkab Klaten, Sarwono.

Kabag Perekonomian, Sri Sumanto juga membenarkan penurunan serapan pupuk tahun ini. Menurutnya, salah satu penyebab turunnya serapan pupuk adalah serangan hama wereng. ”Serangan wereng mengganas. Petani memilih membiarkan lahannya bera sehingga tidak membutuhkan pupuk,” kata Sri Sumanta.

Advertisement

Sri Sumanta menambahkan, tidak maksimalnya serapan pupuk membuat kalangan pengecer paling merasa dirugikan. ”Dulu para pengecer memang bisa meraup untung besar karena kelangkaan pupuk. Sekarang para petani belum membutuhkan pupuk sehingga stok pupuk pengecer masih utuh karena tidak laku terjual,” kata Sri Sumanta.

mkd

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif