Soloraya
Minggu, 24 Juli 2011 - 18:22 WIB

Petani Klaten belajar ke Boyolali soal pengelolaan padi organik

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Solopos.com) – Sejumlah petani di Kabupaten Klaten melakukan kunjungan ke Desa Catur, Kecamatan Sambi, Boyolali, Minggu (24/7/2011). Mereka ingin belajar tentang pengelolaan tanaman padi secara organik, yang telah dikembangkan di Catur. Para petani itu diterima Kades Catur, Sulomo Achmad dan sejumlah perwakilan kelompok tani di balaidesa setempat.

Kades Catur, Sulomo Achmad menjelaskan awalnya, pihaknya sangat kesulitan dalam menerapkan teknologi pertanian secara organik. Hal itu dikarenakan para petani sudah memiliki pemahaman menggunakan bahan kimia dalam penanaman hingga pengelolaan padi. “Perlu ada pengetahuan secara terus menerus dan pemahaman agar petani bisa beralih ke teknologi organik,” ujarnya di depan para peserta.

Advertisement

Ditambahkannya, dalam pengembangan tanaman organik itu, pihaknya menggunakan berbagai bahan-bahan alami dan tanaman herbal untuk obat pembasmi hama. Selain itu, bahan-bahan alami itu kemudian dicampur dengan urine sapi untuk kemudian difermentasi sebelum digunakan menyemprot.

“Bahan-bahan itu seperti daun sambiroto, pule, tembakau, sepet atau kulit kelapa, laos, daun mindi, kecubung, daun mahoni dan tetes tebu,” papar dia. Bahan-bahan itu, lanjutnya, kemudian ditumbuk dan dicampur dengan urine sapi untuk difermentasi.

Sementara, Direktur CV Agro Merdeka Nusantara Salatiga, produsen pupuk Merdeka Fertilizier, Sulaiman G Songge mengatakan pihaknya juga bekerjasama dengan pihak Desa Catur dalam menggunakan pupuk organik tersebut. “Saat ini demplot yang kami ujicoba seluas 1,5 hektare dan direncanakan akhir Juli ini akan dilakukan panen perdana padi organik,” papar dia.

Advertisement

Ditambahkannya, pupuk Merdeka Fertilizier itu berisi bakteri tanah dan bakteri yang berfungsi merusak cangkang telur hama. “Pasalnya, serangan hama yang paling berbahaya adalah hama yang baru saja menetas. Dengan merusak telur cangkang itu hama tidak jadi menetas. Selain itu, hama yang baru saja menetas bisa berpindah tempat,” pungkas dia.

>fid

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif