News
Rabu, 20 Juli 2011 - 13:40 WIB

Stok beras Soloraya terancam kosong, Bulog siap ambil jatah impor

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Solo (Solopos.com) – Stok beras Soloraya terancam mengalami kekosongan pada Desember 2011-Maret 2012. Pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Surakarta mulai mewacanakan akan mengambil jatah beras impor untuk menyangga kekosongan stok yang diakibatkan masa jeda panen.

(JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Advertisement
Disampaikan Kepala Bulog Subdivre III Surakarta, Tri Fajaryanto, saat ini stok beras Bulog berkisar 29.400 ton dan dinyatakan aman hanya sampai November tahun ini. Tetapi, karena saat ini tidak ada panen raya, dan panen raya diperkirakan baru akan terjadi Maret 2013, maka ada potensi kekosongan stok setelah November hingga Maret 2013. “Sehingga, kami wacanakan untuk Desember hingga Maret nanti kami akan mengambil jatah beras impor,” kata Tri, kepada wartawan di kantor Bank Indonesia (BI) Solo, Rabu (20/7/2011).

Seperti diketahui, pemerintah pusat melalui Bulog akan mengimpor beras sekitar 1,6 juta ton dan akan disalurkan ke daerah-daerah untuk menutup kekosongan cadangan beras.

Namun demikian, kata Tri, saat ini ia terus melakukan penyerapan beras kurang lebih 200 ton per hari. “Jika penyerapan ini terus berjalan, dan seandainya terpaksa tetap pakai beras impor, minimal penggunaan beras impor itu bisa ditekan. Dan kita tetap pakai beras dalam negeri,” tambahnya.

Advertisement

Tri menambahkan, saat ini progres pengadaan beras Bulog baru mencapai kisaran 57.000 ton atau baru separo dari prognosa yang ditetapkan yaitu 110.000 ton. “Biasanya, pengadaan itu untuk meng-handle stok aman sampai Maret. Tetapi, karena sekarang tidak ada panen dan kemungkinan besar Maret atau paling cepat Februari baru ada panen, maka kekosongan stok bisa saja terjadi.”

Stok yang ada yaitu 29.400 ton itu cukup hanya sampai November dengan asumsi rata-rata konsumsi beras masyarakat Soloraya berkisar 7.000 ton per bulan. Jika pemanfaatan beras impor itu jadi dilakukan, maka beras tersebut akan disalurkan untuk keperluan Raskin. Dari sisi kualitas, menurutnya, beras impor itu jauh lebih baik dengan patahan minimal 10%.

Hal ini pun disampaikan Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo, S Joko Pangarso. “Dengan adanya perhitungan bahwa stok beras Bulog hanya aman sampai November, mau tidak mau untuk beras Raskin dan cadangan beras pemerintah harus ditopang dari impor.” Ia menampik bahwa Soloraya yang sebelumnya dikenal sebagai daerah penyangga beras, kini mulai bergantung dengan beras impor.

Advertisement

“Kekosongan stok itu kan terjadi karena ada upaya dari pemerintah untuk memutus siklus wereng yang selama ini mengancam petani. Oke lah kalau resikonya tahun ini ada kekosongan stok untuk beberapa bulan. Tetapi, jika memang siklus wereng ini benar-benar bisa diputus, maka tahun-tahun mendatang Soloraya tidak akan lagi mengalami kekosongan stok,” paparnya.

Sementara itu, Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi dan Moneter BI Solo, Suryono, mengatakan Soloraya memang selama ini menjadi daerah penghasil beras. Tetapi, beras yang beredar di Soloraya ini juga banyak yang berasal dari daerah luar seperti Ngawi, Purwodadi dan sekitarnya. Dan beras dari Soloraya justru banyak yang keluar ke Bojonegoro, dan daerah-daerah di Jatim. “Jika beras yang keluar tidak lebih banyak dari yang masuk, kemungkinan beras di masyarakat tetap aman.”

haw

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif