Soloraya
Sabtu, 2 Juli 2011 - 05:43 WIB

Demo kecam Bibit Waluyo makin marak di Solo

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MENOLAK MAL -- Sejumlah warga mengikuti aksi unjuk rasa menentang pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Solo, Jumat (1/7/2011). (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Aksi massa yang menolak rencana pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari, Solo kian meluas.

MENOLAK MAL -- Sejumlah warga mengikuti aksi unjuk rasa menentang pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Solo, Jumat (1/7/2011). (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Advertisement
Dalam sehari,Jumat (1/7/2011), tiga kelompok massa menggelar aksi menolak pembangunan mal dan mengecam Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo yang ngotot ingin membangun mal di bekas Pabrik Es Saripetojo. Mereka tidak terima aksi penolakan warga disebut sebagai rekayasa politik.

Aksi di depan Saripetojo diikuti puluhan warga yang tergabung dalam Paguyuban Warga Jantirejo (Pawarjan). Dalam aksinya itu, mereka menyatakan empat pernyataan, salah satunya ialah membantah keras tudingan Bibit Waluyo yang menilai aksi mereka selama ini bermuatan politis.

”Kami tak akan mau terlibat dengan kepentingan politik apapun. Pawarjan konsisten mengawal masyarakat Jantirejo untuk menolak pembangunan mal, meski kepala daerah berganti sekalipun,” tegas Koordinator Pawarjan, Amin Rosyadi. Sebagai bentuk penolakan pembangunan mal, mereka mengirimkan surat kepada Gubernur Bibit Waluyo dengan tembusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta sejumlah menteri. ”Kami ini orang bodoh. Kami hanya bisa mengirimkan surat kepada para pemimpin. Semoga mereka semua mendengar suara rakyatnya,” kata Amin.

Advertisement

Belum selesai aksi Pawarjan di depan Saripetojo, puluhan orang yang tergabung Kelompok Suporter Pasoepati Solo mendatangi lokasi itu dengan mengendarai sepeda motor. Mereka berkumpul di depan bekas pabrik es yang ada di daerah Purwosari itu. Massa yang rata-rata anak muda tersebut lantas satu persatu berorasi dan sebagian memasang spanduk anti-Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah. Tak hanya itu, massa juga mencoret-coret pagar seng Saripetojo dengan menuliskan kalimat “Bibit Waluyo Buronan Pasoepati”.

Ketua Pasoepati, Bimo Putranto, mengungkapkan aksi yang digelar itu merupakan bentuk keresahan dan kemarahan anggota Pasoepati terhadap polemik Saripetojo. Anggota Pasoepati, lanjut dia, tidak terima Walikota Solo Jokowi dikatakan bodoh oleh Gubernur.
”Teman-teman itu dulu juga yang mendukung Pak Bibit saat maju Gubernur. Mereka marah karena Pak Jokowi dibilang bodoh. Jelas ada kekecewaan di antara teman-teman,” ungkap Bimo melalui sambungan telepon.

Aksi menolak pembangunan mal juga digelar di depan Pasar Gede, Solo, Jumat pagi. Belasan penarik becak dan beberapa ibu-ibu kuli panggul di Pasar Gede mendukung kebijakan Jokowi, bahwa tidak ada lagi pembangunan mal dan meningkatkan ekonomi kerakyatan.

Advertisement

Ketua Paguyuban Becak Surakarta, Danu Supriono, pembangunan mal akan mematikan pasar tradisional yang berada di sekitar kawasan tersebut. Forum Komunikasi Masyarakat Surakarta (FKMS) menegaskan pernyataan Bibit Waluyo yang menuding aksi warga Solo penuh dengan rekayasa politik adalah upaya Bibit untuk mengalihkan isu utama, yakni rencana pembangunan mal. ”Kalau memang terbukti ada aksi bayaran, tangkap dan tunjukkan siapa dia. Tapi, kalau tak terbukti dan hanya menuding, kami akan menempuh jalur hukum,” ancam Guntur, Perwakilan FKMS saat dihubungi Espos.

Kecaman terhadap kengototan Gubernur membangun mal juga dituangkan melalui spanduk. Di daerah Keprabon, Solo, kelompok masyarakat yang menamakan diri Paguyuban Masyarakat Solo Menyesal Memilih Bibit memasang spanduk bertuliskan Ojo Dhumeh…Nda, yang lebih kurang artinya “Jangan mentang-mentang, Bung.”

Spanduk itu dipasang tidak jauh dari beberapa bendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Namun, Wakil Ketua Bidang Organisasi DPC PDIP Kota Solo, YF Sukasno, menyatakan pemasangan bendera PDIP Solo tidak ada kaitannya dengan spanduk itu. Dijelaskan Sukasno, selama sebulan terakhir, PDIP memang memasang bendera PDIP di sejumlah tempat karena PDIP Solo menyelenggarakan sejumlah kegiatan dalam memperingati Bulan Bung Karno. ”Kalau ternyata di Keprabon spanduk yang dipasang warga berdekatan dengan bendera PDIP, ya itu hanya kebetulan saja,” jelasnya.

asa/aak/sry/dni

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif