Soloraya
Selasa, 31 Mei 2011 - 22:16 WIB

Empat sapi mati, warga khawatir antraks

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Solopos.com) – Sebanyak empat ekor sapi milik warga Desa Kopen, Kecamatan Teras, mati mendadak. Kematian empat ekor sapi gadhuhan ini terjadi dalam sepekan terakhir. Warga tidak bisa berbuat banyak lantaran hewan tersebut merupakan sapi bantuan pemerintah.

Peristiwa kematian sapi ini terungkap saat digelarnya serap aspirasi oleh anggota DPRD Wind Sadewo di desa setempat Selasa (31/5/2011). Anggota Badan Permusyawarahan Desa (BPD) Kopen, Mardi Sukoco mengatakan sapi milik warga itu mati mendadak. Pasalnya, kelima ekor hewan itu tidak mengalami sakit atau gejala lain sebelum akhirnya mati. “Pemilik sapi tidak tahu apa sebabnya. Hewan-hewan itu ambruk lantas mati,” paparnya.

Advertisement

Akibat kejadian ini, warga mulai dilanda kecemasan. Mereka takut kematian hewan-hewan ternak warga itu ada hubungannya dengan antraks. Warga Teras punya kenangan buruk terkait antraks, yakni sekitar tahun 1990. Penyakit ini membuat belasan warga meninggal dunia.

Saat itu kasus antraks ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh pemerintah. Bahkan, pengecekan sampel dikirim ke laboratorium di Amerika Serikat untuk memastikan. Sebelumnya terlebih dahulu diujikan di laboratorium dalam negeri. “Dua kali penelitian dan pengecekan hasilnya positif antraks,” imbuhnya.

Terkendala modal
Dari acara serap aspirasi itu juga terungkap, kini warga mulai mengembangkan ternak lele. Namun, warga terkendala dalam hal permodalan. “Modal kami pas-pasan. Kami meminta pemerintah supaya memberikan bantuan,” terang Joko Budianto, tokoh masyarakat. Selain itu, Joko meminta pemerintah memberikan vaksin serta obat-obatan lain agar sapi yang masih hidup tidak bernasib sama. Sebab, sapi di daerahnya belum pernah divaksin sama sekali.

Advertisement

Anggota DPRD Boyolali, Wind Sadewo berjanji akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan). “Seluruh aspirasi kami tampung dan akan kami sampaikan ke dinas terkait,” tegasnya.

Terpisah, Kepala Disnakan Boyolali, Dwi Priyatmoko mengatakan, warga tidak perlu mengganti sapi gadhuhan yang mati. “Perlu dilihat dulu penyebab kematiannya. Jika kematian karena tidak disengaja warga tidak perlu menukar,” katanya. Dwi menegaskan kemungkinan petugas kesehatan belum sampai ke daerah terkait sehingga ternak milik warga setempat belum divaksinasi.

rid

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif