Soloraya
Minggu, 29 Mei 2011 - 19:55 WIB

Makin banyak tanggul sungai di Klaten jebol

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - TANGGUL DARURAT -- Seorang warga Desa Brangkal, Minggu (29/5), melintasi tumpukan karung berisi pasir yang disusun warga untuk menutup tanggul Sungai Ujung di kawasan Desa Brangkal, Kecamatan Wedi, Klaten, yang jebol dua pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Klaten (Solopos.com) – Tanggul Sungai Ujung yang melintasi Desa Brangkal, Kecamatan Wedi, Klaten jebol di tiga tempat sejak dua pekan lalu. Warga menggunakan pasir dalam karung untuk menutup tanggul yang jebol tersebut.

TANGGUL DARURAT -- Seorang warga Desa Brangkal, Minggu (29/5), melintasi tumpukan karung berisi pasir yang disusun warga untuk menutup tanggul Sungai Ujung di kawasan Desa Brangkal, Kecamatan Wedi, Klaten, yang jebol dua pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Advertisement
Pantauan Espos di lokasi, Minggu (29/5), dua titik tanggul jebol di Sungai Ujung sepanjang sekitar tiga meter dengan lebar sekitar tiga meter, sementara satu titik lainnya lebih parah yakni sepanjang sekitar 25 meter dengan lebar tiga meter.

“Waktu itu , dua pekan lalu, hujan cukup lebat sehingga debit air Sungai Ujung meningkat. Tanggul ini tak mampu menahan air sehingga jebol,” terang Sukir, 44, warga Brangkal saat ditemui di lokasi. Sri Mulyono, 60, warga Brangkal, menjelaskan tanggul Sungai Ujung biasa digunakan warga sebagai jalur transportasi. Oleh sebab itu, keberadaan tanggul Sungai Ujung cukup besar manfaatnya bagi warga. Sungai Ujung juga berfungsi sebagai saluran irigasi. Jebolnya tanggul tersebut tidak sampai merendam lahan pertanian setempat.

“Air yang melimpah melalui tanggul yang jebol mengalir ke Sungai Sosro yang berada di samping Sungai Ujung sehingga tidak merendam area pertanian,” ujar Sri Mulyono. Selain mengakibatkan tanggul jebol, tingginya debit air Sungai Ujung dua pekan lalu juga mengakibatkan jembatan penyeberangan hanyut. Jembatan yang terbuat dari bambu itu menghubungkan Dukuh Bicak dan Ngunut. Jembatan yang dibangun pada 2009 itu dimanfaatkan warga sebagai jalur alternatif.

Advertisement

“Kendati hanya terbuat dari bambu, jembatan ini sangat penting bagi warga. Kalau harus melintasi jalur lain membutuhkan waktu lebih lama, selisihnya bisa sampai 15 menit jika ditempuh menggunakan sepeda motor,” tandas Sugiyo, 45, warga Dukuh Ngunut.

Sugiyo berharap pemerintah bisa membangun jembatan secara permanen. Menurutnya, perbaikan jembatan secara swadaya itu hanya mampu menunda kerusakan akibat terjangan banjir di Sungai Ujung. “Ada banyak siswa yang memanfaatkan jembatan ini menuju sekolah di SDN Brangkal 1 dan 2, serta SMPN Pasung. Kasihan para siswa jika harus melintasi jalur lain yang jaraknya lebih jauh,” kata Sugiyo.

mkd

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif