Entertainment
Minggu, 22 Mei 2011 - 20:10 WIB

Visual Art Exhibition Kritis, interupsi mahasiswa dalam karya

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KARYA MAHASISWA--Karya mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS dipamerkan dalam Visual Art Exhibition bertajuk Kritis, di GKS, Sriwedari, Solo, Sabtu-Senin (21-23/5). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

Kondisi bangsa dan negara yang terus menghadapi berbagai permasalahan selalu mengundang reaksi dari mahasiswa. Berbagai reaksi itu antara laih terwujud melalui karya seni, seperti yang diperlihatkan para mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS yang tergabung dalam Komunitas Logis.

KARYA MAHASISWA--Karya mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS dipamerkan dalam Visual Art Exhibition bertajuk Kritis, di GKS, Sriwedari, Solo, Sabtu-Senin (21-23/5). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

Advertisement
Mereka menggelar Visual Art Exhibition bertajuk Kritis, di Gedung Kesenian Solo, Sabtu-Senin (21-23/5). Sebanyak 45 karya yang didominasi karya lukis itu merupakan hasil interpretasi, yang sekaligus menjadi wadah aspirasi mereka dalam menanggapi kondisi kritis bangsa ini.

Seperti diungkapkan ketua panitia acara, Dana Prastiyawardanu, Kritis memiliki dua makna, pertama yang berarti sekarat. Menurutnya, keadaan masyarakat saat ini sesudah sedemikian gawat, kehidupan yang diharapkan bisa menuju ke hal yang positif, ternyata justru semua berbalik merusak dan menyimpang dari tatanan kehidupan.

“Semua bisa melihat, bagaimana fenomena masyarakat saat ini, pergaulan pemuda yang kian tak jelas. Sehingga tahap selanjutnya, kami berupaya juga untuk berpikir kritis, mengkritisi keadaan yang ada melalui karya seni rupa,” ujar Dana, Minggu (22/5).

Advertisement

Karya Sikap Untuk Mereka dari Dwi Suryo Anggono misalnya, menggambarkan sosok-sosok figur manusia di antara telur-telur dalam genggaman mereka. Telur adalah representasi dari wujud regenerasi pemuda. Figur manusia itu ada yang memejamkan mata, merupakan bentuk kepasrahan, meratapi ulah makhluk-makhluk yang segera menetas dari telur itu, yang pasti menjadi liar saat bertemu dengan dunia nyata.

“Banyak tersiar kabar, jika pribadi pemuda bangsa ini telah melenceng, tapi itu sebenarnya salah siapa? Tak ada yang tahu. Oleh karena itu, beberapa figur manusia lain ada yang saya bikin membuka mata dan berjalan, artinya masih ada manusia yang optimistis dengan masa depan pemuda saat ini,” tutur Dwi.

Lukisan telapak tangan raksasa menggenggam sebongkah tanah yang di atasnya tumbuh pohon bertajuk Hidupku Dari-Mu karya Dana Prastiyawardanu ingin berbicara tentang hidup dan kekuasaan, bahwa setiap kehidupan itu tergantung dari yang memunculkan dan merawatnya. Pohon bisa bertahan hidup bila tangan manusia mau merawatnya. Begitu pula manusia, yang bisa diibaratkan seperti pohon, kehidupannya sangat tergantung dengan tangan Tuhan.

Advertisement

Selain karya-karya yang menyisipkan kritikan-kritikan dalam lingkup luas, tentang karut-marut bangsa, regenerasi dan kehidupan di alam ini, ada beberapa karya yang berupaya mengusung tema sederhana, meski tetap tak meninggalkan intisari kekritisannya. Seperti karya bertajuk Tersisih dari Fitri Nita D. Dalam lukisannya, ia menjajarkan sebuah Ponsel dan sebuah buku.

Tampak dalam layar Ponsel itu sepasang mata dan mulut yang tersenyum lebar, sangat kontras dengan buku yang memiliki sepasang mata sedang meneteskan air mata. Tampaknya, Fitri ingin menyikapi ketergantungan teknologi yang saat ini telah kebablasan, hingga buku sebagai sumber ilmu telah tersisih.

Syahaamah Fikria

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif