Soloraya
Minggu, 27 Februari 2011 - 16:09 WIB

Pesantren modern Jawa hadir di Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Triyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Bupati Wonogiri memukul bedug menandai peresmian pesantren. Foto:Espos/Trianto Hery Suryono

Wonogiri (Solopos.com) — Pesantren modern Jawa bernama Hanacaraka yang didirikan antara lain oleh mantan Menteri Penerangan era Orba, Harmoko dan mantan Bupati Wonogiri H Begug Poernomosidi, diresmikan penggunaannya oleh Bupati H Danar Rahmanto, Minggu (27/2/2011). Pesantren ini mengajarkan agama dengan mencontoh Wali Songo.

Advertisement

Acara peresmian bertempat di Aula Gedung Pesantren di Jl Kyai Mojo, Desa Purwosari, Wonogiri. Selain Harmoko dan Danar Rahmanto, acara dihadiri pula oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Slamet Effendy Yusuf, Wakil Ketua MPR RI, Hajriyanto Thohari, pemilik PT Sritex, Lukminto, dan sejumlah tokoh penting lainnya. Sementara Begug Poernomosidi justru tak terlihat hadir.

Dalam sambutannya, Harmoko mengungkapkan Hanacaraka berarti ada utusan. Diharapkan dari pesantren tersebut akan lahir tradisi keislaman yang tidak tercerabut dari akar budaya Jawa. “Bukan berarti menjawakan ajaran Islam, tapi lebih pada upaya mengembangkan dakwah dan ukhuwah Islamiyah dengan berlandaskan pada nilai budaya Jawa, seperti yang dahulu dilakukan tokoh-tokoh Wali Songo,” kata Harmoko.

Sebelum mulai merancang berdirinya Pesantren Hanacaraka bersama pendiri lainnya, Harmoko mengaku sudah mempelajari berbagai kisah dan bacaan sejarah mengenai kehidupan sejumlah wali, di antaranya Sunan Kalijaga. Dari situ bisa diketahui bahwa ternyata prinsip dasar ukhuwah bisa dilakukan melalui kultur masyarakat setempat.

Advertisement

Lebih jauh, Harmoko mengatakan bangunan yang ada saat ini, yang dibangun dengan dana gotong royong berbagai pihak termasuk kalangan pengusaha, mungkin masih jauh dari mencukupi. Karena itu, dia berharap ke depan, Pemkab juga memberikan perhatian dan mengembangkannya.

“Meski berbentuk pesantren di sini tidak ada asrama. Peserta didik akan dibiarkan bebas memilih tempat tinggal, misalnya dengan menyewa kamar di rumah-rumah warga sekitar. Jadi pesantren ini hanya khusus kegiatan pendidikan. Gurunya langsung didatangkan dari Gontor,” kata Harmoko.

shs

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif