News
Rabu, 23 Februari 2011 - 13:31 WIB

11 Kawasan ekonomi terpadu melempem

Redaksi Solopos.com  /  Triyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com) – Sepanjang 2005-2010 sebanyak 14 Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) hanya baru merealisasikan investasi sebesar Rp 27,5 triliun. Angka ini setara hanya 3,14 persen dari total investasi nasional.

“Saat ini sudah ada 14 KAPET. Ada Rp 27,5 triliun atau 3,41% dari total realisasi investasi nasional dalam periode 2005-2010,” ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan dalam Rapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (23/2).

Advertisement

Menurut Gita, dari sebanyak 14 KAPET itu  hanya tiga kawasan yang mampu menarik investasi cukup besar. Diantaranya Kalimantan Timur Rp 11 triliun, Kalimantan Selatan Rp 3 triliun, dan Manado Rp 3 triliun.

“11 KAPET lain belum bisa mendatangkan investasi sebesar itu,” ujarnya.

Gita menyatakan pihaknya telah mengembangkan beberapa fasilitas kemudahan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 147. Pertama, pengurangan pajak penghasilan 30% selama 6 tahun dan 5% per tahun.

Advertisement

Kedua, pilihan untuk amortisasi yang dipercepat. Ketiga, kompensasi kerugian fiskal, paling lama 10 tahun. Keempat, pengenaan pajak dividen 10%, atau lebih rendah. Selain itu, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

“BKPM juga sudah memberikan PTSP. Saat ini beberapa Pemda sudah membentuk PTSP. Menurut kami, untuk memudahkan pelayanan, Pemda perlu menerapkan PTSP di wilayah Kapet. BKPM dalam kegiatan promosi memberikan peluang kepada kepala daerah untuk menjadi kepala Badan Pengurus KAPET,” ujarnya.

Namun sayangnya, lanjut Gita, meskipun sudah disediakan fasilitas tersebut, rupanya belum menarik minat investor untuk menanamkan modalnya ke KAPET Indonesia. “Meskipun sudah disediakan, tapi belum mendorong minat investor masuk ke KAPET,” keluhnya.

Advertisement

Menurut Gita, hal tersebut terjadi karena adanya beberapa faktor penghambat, seperti lokasi dan cakupan wilayah KAPET yang belum mencerminkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. “Beberapa wilayah terlalu luas sehingga kurang efektif. Kapet yang lebih dari 1 kabupaten/kota membutuhkan koordinasi lebih intensif,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Gita, minimnya ketersediaan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, air bersih adalah prasyarat dasar yang masih terbatas. “Pembangunan saat ini masih sektoral,” ujarnya.

dtc/try

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif