Redaksi Solopos.com / Indah Septiyaning Wardani | SOLOPOS.com
Karanganyar (Espos)
Dewan Pengawas KSU Sejahtera Tony Haryono menilai menjadi korban politik praktis maupun politik ekonomi terkait kasus dugaan korupsi Griya Lawu Asri (GLA).
Tony bahkan tetap bersikukuh yakin kasus yang membelitnya murni kasus perdata dan bukan pidana. Hal tersebut disampaikan Tony Haryono ketika dijumpai <I>Espos<I> usai sidang lanjutan kasus GLA dengan agenda duplik di Pengadilan Negeri (PN) Karanganyar, Senin (21/2).
Tony mengatakan selama ini pihaknya hanya menjadi korban politik praktis atau ekonomi murni. Pihaknya bahkan mencium adanya nuansa politis dalam pengusutan kasus GLA tersebut. “Banyak orang sekarang dipenjara karena korban politik. Termasuk aku iki yo korban politik,” ujar Tony.
Namun demikian ketika ditanya lebih jauh siapa pihak yang dimaksud, Tony tidak membeberkannya. Yang jelas, Tony mengatakan dirinya menjadi korban politik praktis pihak-pihak tertentu. “Politik itu kan orang yang punya kepentingan. Pokoknya aku korban politik,” tegasnya.
Menurut Tony dugaan adanya kepentingan politik praktis maupun politik ekonomi untuk mencari keuntungan dalam kasus GLA salah satunya didukung adanya faktor yakni kenaikan harga tanah di kawasan GLA yang cukup fantastis. Dari tanah dulu berkisar Rp 17.500/m2, sekarang telah melonjak menjadi Rp 200.000/m2. Apalagi perumahan GLA bakal dilalui jalan tol dan berdiri gedung UNS yang telah terbangun.
isw