Soloraya
Minggu, 30 Januari 2011 - 21:00 WIB

Sekat budaya lebur dalam Grebeg Sudiro 2011

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dua puluh lima lokasi penyebaran kue keranjang yang disiapkan panitia <I>Grebeg Sudiro 2011<I>, Kelurahan Sudiroprajan, Jebres, di ruas-ruas jalan sekitar Pasar Gede tak mampu mengurangi konsentrasi massa di sekitar Tugu Jam Pasar Gede.

Lokasi akhir kirab budaya dalam rangka puncak acara <I>Grebeg Sudiro 2011<I> di sekitar Tugu Jam itu dijejali 1000-an orang, Minggu (30/1) sore.

Advertisement

Warga yang antusias ingin melihat akulturasi seni dan budaya Jawa-Tionghoa itu telah menyemut satu jam sebelum pelepasan rombongan kirab. Orang dewasa laki dan perempuan, anak-anak, etnik Jawa, etnik Tionghoa dan wisatawan mancanegara membaur menjadi satu.

Tak ada pembedaan tempat, asal-usul, keyakinan, agama maupun profesi. Kirab budaya yang merupakan acara puncak <I>Grebeg Sudiro 2011<I> menjadi acara milik semua, milik bersama, yang menepiskan sekat-sekat sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Advertisement

Tak ada pembedaan tempat, asal-usul, keyakinan, agama maupun profesi. Kirab budaya yang merupakan acara puncak <I>Grebeg Sudiro 2011<I> menjadi acara milik semua, milik bersama, yang menepiskan sekat-sekat sosial, ekonomi, politik dan budaya.

Kanan-kiri jalur kirab menjadi pilihan favorit mereka. Mereka tak hanya melihat. Sebagian penonton antusias memperebutkan dua <I>gunungan<I> kue keranjang, kue khas budaya Tionghoa yang dipercaya membawa berkah.

Panitia menyediakan 2.562 kue keranjang dan 100-an petugas pembagi, namun dua <I>gunungan<I> kue keranjang yang menjadi pelengkap kirab budaya tetap saja jadi incaran utama ribuan warga.

Advertisement

Sekitar 500 kue keranjang di dua <I>gunungan<I> itu ludes dalam waktu tak lebih dari satu menit. Wakil Ketua Panitia <I>Grebeg Sudiro 2011<I>, Sarjono Lelono Putro, mengatakan perebutan kue keranjang menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari kegiatan rutin tahunan itu.

Menurutnya, bagi warga masyarakat ada makna penting dalam perebutan kue keranjang. Perebutan kue keranjang adalah simbol manusia hidup tidak boleh berdiam diri. Manusia harus bergerak, harus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

“Manusia yang hanya diam sama saja mereka telah mati, tak punya mimpi, tak ada cita-cita. Kami telah meminimalisasi risiko negatif perebutan kue keranjang. Kali ini relatif berjalan lancar, tak ada lagi yang pingsan atau insiden buruk,” ungkapnya.

Advertisement

Dia bangga masyarakat Solo telah menjadikan <I>Grebeg Sudiro<I> sebagai acara tradisi yang penting dari sederet kalender budaya di Kota Solo. Walikota Solo Joko Widodo menilai perlu evaluasi atas manajemen penyelenggaraan <I>Grebeg Sudiro<I> yang telah berjalan empat kali.

Selain menyiapkan 2.562 kue keranjang panitia <I>Grebeg Sudiro 2011<I> juga menyiapkan 500-an kue bakpao ditambah roti <I>gembukan<I> sebagai <I>ubarampe<I> tradisi tahunan yang kali ini mengangkat tema <I>Bersama Untuk Bersatu, Bersatu Untuk Bersama<I>.

Aneka makanan tradisional itu dikirab lalu diperebutkan di utara Tugu Jam Pasar Gede. Sebelum diperebutkan, kue-kue itu didoakan bersama oleh pemuka-pemuka agama. Selain kuliner panitia  telah menyiapkan puluhan suguhan seni, baik asli Jawa atau Tionghoa, maupun hasil akulturasi budaya Jawa dengan Tionghoa.

Advertisement

Suguhan karya seni itu antara lain barongsai dan tari <I>Sudira Seta<I>, serta puluhan kelompok seni dari Soloraya. “Kirab diikuti 1.500 orang dengan berbagai identitas budaya. Semua membaur sembari mempertunjukan kesenian mereka sepanjang jalur kirab. Puncaknya <I>gunungan<I> kue keranjang, bakpao, <I>gembukan<I> dan <I>tumpeng 15<I> diperebutkan di depan Pasar Gede,” ujar Ketua Panitia <I>Grebeg Sudiro 2011<I>, Yunanto.

Rute kirab budaya diawali dari Pasar Gede menuju Jl Jenderal Sudirman hingga Bundaran Gladak lalu ke arah simpang empat Sangkrah, Pasar Kliwon. Dari situ rombongan menuju ke simpang empat Ketandan lalu menyusuri Jl RE Martadinata hingga Jl Cut Nyak Dien dan Jl Ir Juanda.

Selanjutnya rombongan bergerak menuju simpang empat Jl Urip Sumoharjo (warung pelem-<I>red<I>) dan berakhir di depan Pasar Gede. Petugas khusus akan membagikan 2.000-an kue keranjang kepada warga yang menonton di sepanjang jalur kirab.

“Dalam <I>grebeg<I> kali ini kami akan suguhkan pertunjukan baru, fragmen tari peperangan <I>Manggalayuda Sudira<I>. Tari ini juga diadopsi dari cerita rakyat Tionghoa,” terang Sarjono

Walikota mengatakan harus ada evaluasi dalam pengemasan acara, promosi dan teknis penyelenggaraan. Namun, dia menegaskan berkomitmen mengembangkan kegiatan-kegiatan seni-budaya di tingkat kampung/kelurahan. Kegiatan berbasis kampung, menurutnya, merupakan ruh budaya Kota Solo. Kurniawan

Advertisement
Kata Kunci : Grebeg Sudiro
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif