Kairo – Mesir semakin mencekam. Pada pidato televisi, Sabtu (29/1) pagi, Presiden Mesir Hosni Mubarak meminta pemerintahnya mundur. Orang kuat Mesir itu berjanji membentuk pemerintah baru yang lebih demokratis dan reformasi dari sekarang.
Ini adalah penampilan Presiden Mubarak terbaru setelah empat hari demonstrasi besar menuntut dia mundur, melanda negerinya. Demonstrasi itu diprakarsai para pemuda dan diilhami revolusi Tunisia yang menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dan memaksa kepala negara di Afrika Utara itu lari ke luar negeri beserta keluarganya.
Mubarak mengingatkan, Mesir adalah negara konstitusi dan hukum. Dia menyeru rakyatnya untuk melindungi properti umum, bukan malah membakarnya.
Imbauan sang presiden disampaikan setelah seluruh tempat di Mesir diamuk unjukrasa antipemerintah sepanjang Jumat hingga Sabtu dini hari tadi. Sejumlah orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka selama demonstrasi itu.
Dalam pidatonya itu, Mubarak menjelaskan kepada rakyatnya bahwa pemerintahnya kini menargetkan pembangunan sebagai program utamanya, selain perbaikan kesehatan dan pendidikan.
Perkembangan terakhir ini menunjukkan bahwa Mubarak yang telah berkuasa 30 tahun akan gigih mempertahankan kekuasaannya dengan meneruskan program-program reformasi politik dan ekonomi.
Presiden negara piramida itu tampaknya tak akan menggubris seruan-seruan mundur kepadanya, dari dalam maupun luar negeri.
Bahkan Jumat malam, seperti dilaporkan TV Al-Jazeera, dia memberlakukan jam malam di seluruh Mesir.
Menurut catatan ANTARA, puluhan tank memasuki Lapangan Tahrir yang justru disambut oleh para pemrotes. Mereka melambai-lambaikan tangan kepada tentara yang berdiri di atas tank-tank mereka. ant