Soloraya
Sabtu, 22 Januari 2011 - 09:55 WIB

Petani rambutan di Tulung gagal panen

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Klaten (Espos)–Para petani rambutan di Desa Gedong Jetis, Kecamatan Tulung, Klaten nampaknya harus bersabar di musim panen tahun ini. Pasalnya, hujan deras disertai angin kencang telah membuat tanaman rambutan milik mereka tak bisa berbuah.

“Semestinya awal tahun ini panen rambutan. Tapi, rupanya malah gagal panen,” kata Kepala Desa Gedongjetis, Kecamatan Tulung, Gatot Sasongko kepada Espos, Jumat (21/1).

Advertisement

Dia menjelaskan, hujan deras disertai angin kencang telah membuat bunga rambutan rontok sebelum menjadi buah. Kondisi itulah yang membuat harga rambutan ikut terkerek naik lantaran banyak yang gagal panen. Selain hujan deras, gagal panen tanaman rambutan di daerah yang telah menjadi desa agrowisata buah-buahan tersebut juga disebabkan oleh usia tanaman rambutan yang telah menua.

Sehingga, daunnya yang lebat dan berdempetan di area perkebunan membuat tanaman rambutan susah berbuah. “Yang jelas, faktor usia tanaman rambutan juga sangat mempengaruhi. Kalau sudah tua juga susah berbuah,” paparnya.

Kondisi tersebut, kata Gatot, praktis membuat kawasan agrowisata di Desa Gedong Jetis menjadi sepi. Para pengunjung, diakuinya, kini banyak yang kecele ketika datang berlibur tenyata tak menemukan tanaman rambutan yang berbuah. “Kalau hari Minggu kan banyak pengunjung, tapi pada pulang dengan kecele,” ungkapnya.

Advertisement

Saat ini, lanjutnya, sejumlah petani mengaku mulai beralih menanam buah klengkeng. Alasannya, selain mencoba berspekulasi, juga untuk menambah pengalaman bertanam pohon buah yang selama ini belum dicoba. “Sudah ada sejumlah petani yang mencoba menanam buah klengkeng satu patok. Yang lainnya juga tengah menyusul sambil mencoba-coba siapa tahu berhasil,” terangnya.

Salah seorang petani, Wakini menyebutkan, setidaknya sudah ada 2.000-an pohon rambutan di areanya yang  tak gagal panen. Menurutnya, ada sekitar 20 hektare lahan di kawasan Agrowisata tersebut yang gagal panen. Dengan kondisi itu, kini harga rambutan melejit hingga mencapai Rp 6.000-Rp 7.000/ Kg karena barangnya langka. “Padahal, dulu hanya Rp 2.000-Rp 3.000/ Kg. Saat ini, rambutan agak susah,” terangnya.

asa

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Petani Rambutan
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif