News
Senin, 17 Januari 2011 - 21:00 WIB

Pemerintah belum tentukan HPP gabah dan beras 2011

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi

Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi

Advertisement

Grobogan (Espos)--Pemerintah sampai saat ini belum menentukan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras tahun 2011. Penentuan HPP tersebut mempertimbangkan petani dan konsumen.

“Untuk menentukan HPP gabah dan beras 2011 Pemerintah harus sangat bijak. Tentunya dengan tetap mempertimbangkan nasib petani namun tidak memberatkan masyarakat,” jelas Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi usai melakukan peninjauan panen di Kecamatan Godong dan Penawangan, Kabupaten Grobogan bersama tim dari Bulog dan Dinas Pertanian Grobogan dan Provinsi Jawa Tengah, Senin (17/1).

Advertisement

“Untuk menentukan HPP gabah dan beras 2011 Pemerintah harus sangat bijak. Tentunya dengan tetap mempertimbangkan nasib petani namun tidak memberatkan masyarakat,” jelas Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi usai melakukan peninjauan panen di Kecamatan Godong dan Penawangan, Kabupaten Grobogan bersama tim dari Bulog dan Dinas Pertanian Grobogan dan Provinsi Jawa Tengah, Senin (17/1).

Diakui Bayu Krisnamurthi, bahwa sampai saat ini Pemerintah memang belum menentukan HPP gabah dan beras 2011. Selain pertimbangan kepentingan petani dan masyarakat, untuk menentukan HPP dibutuhkan Inpres.

“Jadi sabar, saya tidak berhak mengatakan kapan HPP gabah dan beras akan ditetapkan Pemerintah. Kita tunggu saja, saat ini terus dibahas,” paparnya.

Advertisement

Dijelaskan Bayu, tahun ini memang luas panen akan lebih luas dibanding tahun 2010. Hal ini karena, lahan yang tadinya kering bisa ditanami padi. Kemudian lahan yang biasanya ditanami palawija di musim ketiga, karena curah hujan yang tinggi akhirnya ditanami padi.

“Luas panen memang bertambah, namun produktivitas padi lebih rendah ditambah lagi biaya produktivitas yang tinggi. Hal ini karena pengaruh anomali iklim atau iklim yang ekstrim,” jelas Bayu.

Pengaruh iklim ekstrim ini membuat proses pengisian bulir padi tidak maskimal.Kemudian, tambah Bayu, petani harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk proses pengeringan gabah. Belum lagi untuk biaya penyemprotan hama yang dilakukan beberapa kali.

Advertisement

“Akibat pengaruh iklim ini, rendemen padi yang biasanya antara 50-55% ternyata menjadi 47-48% dari gabah kering panen (GKP) ke beras,” papar Bayu.

Pengaruh anomali iklim di tahun 2010 menurut Bayu, memang sangat berat bagi petani dan petani memiliki cara sendiri untuk tetap survive. Ini yang menjadi modal petani dalam menghadapi iklim di tahun 2011 ini.

“Sehingga total produksi pertanian di Kabupaten Grobogan sepertinya tidak akan turun. Minimal sama dengan produksi tahun sebelumnya yakni 60.000 hektare di bulan Februari-Maret 2011,” tandasnya.

Advertisement


rif

Advertisement
Kata Kunci : Grobogan Pertanian
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif