Kolom
Senin, 17 Januari 2011 - 16:12 WIB

Nurdin dan Arifin

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Dua nama ini, Nurdin dan Arifin, memang nama pasaran. Nama biasa. Seperti kawan kita dari kampung sebelah.

Tetapi Nurdin dan Arifin yang ini, bukan orang biasa. Mereka orang istimewa. Mereka juga “orang kuat”, dan seperti kebanyakan orang istimewa dan orang kuat lainnya, mereka orang yang lumayan keras kepala.

Advertisement

Nurdin yang saya maksudkan di sini tentu saja adalah Nurdin Halid. Dia, bukan semata-mata Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), yang tak pernah memberikan gelar juara kepada negara tetapi tetap ingin memperpanjang kedudukannya sebagai presiden sepak bola Indonesia.

Nurdin bukan orang sembarangan. Dia orang dekat Aburizal “Ical” Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar. Bahkan untuk menurunkan tiket Piala AFF 2010 lalu, Nurdin menyebut-nyebut peran Ical yang memintanya mengikuti saran Presiden SBY untuk menurunkan harga tiket.

Advertisement

Nurdin bukan orang sembarangan. Dia orang dekat Aburizal “Ical” Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar. Bahkan untuk menurunkan tiket Piala AFF 2010 lalu, Nurdin menyebut-nyebut peran Ical yang memintanya mengikuti saran Presiden SBY untuk menurunkan harga tiket.

Sejak saat itu, orang makin sering memberi embel-embel “partai” di depan PSSI, menjadi Partai PSSI. Nurdin bukan orang sembarangan. Karena dia terhitung tiga kali mencium tangan Presiden SBY dalam tiga kali kesempatan SBY menonton Timnas di Senayan. Bayangkan, sebagian besar dari kita, satu kali pun belum pernah mencium tangan Pak SBY.

Ada teman yang berolok-olok, mungkin karena cium tangan tiga kali itu, Presiden SBY yang sempat digosipkan akan membuka Liga Primer Indonesia (LPI) di Solo, pada 8 Januari lalu, akhirnya batal hadir.

Advertisement

Arifin hampir tak peduli PSSI berteriak apa terhadap LPI. Ibarat kata, anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Meski PSSI menyebut LPI sebagai sekadar laga hiburan, LPI tetap cuek. Arifin santai dan tersenyum-senyum ceria dengan para koleganya di tribun VVIP pada setiap pertandingan LPI digelar. Hebatnya, banyak pejabat daerah yang menghadiri pertandingan LPI.

Terima kasih

Apa yang dituduhkan PSSI kepada LPI, sebagai liga antah-berantah, kompetisi yang tidak sesuai dengan statuta FIFA dan sebagainya, memang ada benarnya. Memang tak pernah ada di dunia, satu negara mempunyai dua kompetisi dengan kasta alias grade setara.

Advertisement

Bahkan kita mungkin harus berterima kasih kepada Nurdin karena dia tidak melaporkan kepada FIFA bahwa sebagian besar, bahkan hampir semua klub-klub Indonesia didanai dengan duit rakyat melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kalau sampai FIFA tahu, jangan-jangan PSSI dibekukan meski LPI tak pernah hadir sekalipun.

Maka, kita juga perlu berterima kasih kepada Arifin karena dia dengan berani memancangkan tonggak profesionalitas klub yang sebenar-benarnya. Dia membangun klub dengan basis modal profesional tanpa menyusu APBD. Kelak, bisa saja terjadi, andaikan klub dilarang memakai dana APBD, klub-klub binaan PSSI, baik di Liga Super Indonesia maupun divisi di bawahnya, berduyun-duyun mendaftar ikut LPI.

Sayangnya, saat ini konflik Nurdin vs Arifin atau PSSI vs LPI sedikit banyak telah merugikan negara. Pertama, pelatih Timnas Alfred Riedl enggan memakai pemain yang tampil di LPI. Padahal di LPI bercokol pemain potensial seperti Irfan Bachdim atau Kim Jeffrey Kurniawan. Kedua, LPI dan PSSI semakin memecah belah suporter Indonesia karena kini muncul seruan suporter anti-LPI.

Advertisement

Kelompok ini sebagian didorong rasa sebal karena klub-klub LPI tiba-tiba saja langsung nangkring menyebut diri klub anggota Liga Primer, tanpa promosi, tanda degradasi. Mungkin saja suporter klub LSI takut klubnya kalah pamor dibanding klub LPI. Entahlah, semua serba mungkin.

Tentu akan lebih baik kalau Bapak Nurdin dan Bapak Arifin yang terhormat ini akur, duduk satu meja dan mencari solusi selayaknya dua pria dewasa yang berwawasan luas, bijaksana dan bermartabat. Tak ada hal yang tidak bisa diselesaikan, jika ada kemauan.

Silakan direnungkan, Pak Nurdin dan Pak Arifin….

Suwarmin

Wartawan SOLOPOS

Advertisement
Kata Kunci : KOLOM WARMIN
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif