Tunis–Kerusuhan di Tunisia terus berlanjut. Pemerintah Amerika Serikat mengimbau seluruh warganya yang berada di Tunisia untuk meninggalkan negeri itu.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS juga menarik pulang keluarga para staf kedutaan besar (kedubes) AS di Tunisia. “Warga negara AS di Tunisia sebaiknya mengamati dengan cermat situasi keamanan mereka terkait jal ini dan perkembangan-perkembangan baru lainnya dan mempertimbangkan untuk meninggalkan Tunisia,” demikian disampaikan Deplu AS dalam travel warning yang dikeluarkan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (17/1).
Deplu pun menyatakan telah mengizinkan kepergian seluruh anggota keluarga staf Kedubes AS dari Tunisia. Disampaikan Deplu AS, kerusuhan sipil telah menyebar ke ibukota Tunis dan kota-kota besar lain termasuk daerah-daerah tujuan wisata.
“Peristiwa-peristiwa spontan dan tak terduga ini telah memburuk di beberapa lokasi dengan menjadi bentrokan keras antara polisi dan para demonstran, yang mengakibatkan banyak kematian, luka-luka dan kerusakan properti yang luas,” demikian Deplu AS.
Deplu AS juga mengimbau warganya untruk menghindari semua aksi protes, meskipun yang merupakan aksi damai. Sebab itu bisa dengan cepat berubah menjadi kekerasan. Deplu AS juga menyerukan mereka yang memutuskan untuk tetap tinggal di Tunisia agar ekstra berhati-hati.
Peringatan Deplu AS itu dikeluarkan menyusul kepergian presiden terguling Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali ke luar negeri pada Jumat, 14 Januari lalu. Tunisia telah dilanda kerusuhan beradarah yang telah menewaskan sedikitnya 35 orang.
Unjuk rasa terjadi di Tunisa setelah bulan lalu seorang pria berumur 26 tahun membakar dirinya sebagai bentuk protes karena polisi menahan hasil pertanian yang hendak dijual untuk menyambung hidupnya.
Menyusul peristiwa itu, kerusuhan meletus pada akhir pekan lalu dan mendorong otoritas Tunisia untuk mengambil langkah tegas sehingga menimbulkan bentrokan antara polisi dan warga.
dtc/tiw