Soloraya
Kamis, 13 Januari 2011 - 03:07 WIB

Puluhan ha padi di Masaran terancam gagal panen

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Espos)–Puluhan hektar (ha) areal tanaman padi di empat dukuh di Desa Pringanom, Masaran, terancam gagal panen akibat serangan virus misterius.

Virus tersebut menghambat pertumbuhan. Tanaman tumbuh kerdil tingginya hanya mencapai maksimal 30 sentimeter (cm). Bulir padi tidak tumbuh. Daun tanaman tampak berwarna kuning, sedangkan akar berwarna coklat kemerahan atau hitam.

Advertisement

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Pringanom, Sardi, menjelaskan serangan virus misterius tersebut membuat tanaman padi tidak tumbuh normal. Kondisi itu terjadi dalam blok-blok tertentu. Sardi menduga virus misterius tersebut merupakan imbas dari serangan hama wereng yang terjadi pada masa tanam sebelumnya.

“Virus ini belum ada obatnya. Diberi obat macam-macam tidak ngefek. Bahkan tambah hari, tanaman padi makin kerdil. Dipupuk biar tumbuh, malah makin parah. Virus juga gampang menyebar ke sekitarnya, apalagi kalau angin kencang,” kata Sardi, saat ditemui Espos, di kantor desa setempat, Rabu (12/1).

Menurut catatan pemerintah desa setempat, terdapat sedikitnya 50 ha areal pertanian yang terserang virus misterius tersebut. Serangan virus menyebar di empat dukuh, yaitu Dukuh Sari, Jetak, Bakung dan Dukuh Pringanom. Jumlah tersebut mencapai hampir 20% dari total areal tanaman padi di desa setempat yang mencapai 270 ha. Menyikapi kondisi tersebut pihaknya desa berencana membabat habis semua tanaman. Namun, hal tersebut saat ini belum bisa dilakukan sebab masih ada sejumlah petani yang ingin mempertahankan tanaman.

Advertisement

Kepala Desa (Kades) Pringanom, Sumarsono mengatakan tidak bisa mencegah petani untuk mempertahankan tanaman padi mereka kendati telah terserang virus dan besar kemungkinan gagal panen. Sejumlah kecil petani, aku dia, memang telah membabat sendiri tanaman mereka untuk dijadikan pakan ternak. Tetapi, sebagian besar masih berharap tanaman padi bisa tumbuh normal. “Terpaksa, kami menunggu sampai masa panen, baru akan kita adakan gerakan secara massal,” ujar dia.

Lebih jauh, Sumarsono menambahkan kondisi cuaca yang cenderung lembab menjadi salah satu pemicu terus berkembangnya virus. Pihaknya berharap segera ada tindakan dari instansi terkait untuk mencegah serangan virus meluas ke areal pertanian lain. Saat ini, tegasnya, virus memang baru mengenai sekitar 50 ha tanaman padi, namun melihat karakter virus yang mudah menyebar bukan tidak mungkin luas areal tanaman padi yang terjangkiti virus kian meluas.

Harapan agar Dinas Pertanian segara terjun ke lapangan juga diungkapkan Ketua Kelompok Tani, Agus Purwanto. Agus mengaku bingung mengatasi virus misterius yang membuat tanaman tumbuh kerdil itu. Dia berharap, instansi terkait membantu petani dengan memberikan bantuan benih tanaman padi yang unggul. “Virus ini obatnya tidak ada. Kami bingung bagaimana mengatasinya. Kalau ada bantuan benih yang unggul, itu sangat membantu,” tegasnya.

tsa

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Masaran
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif