Soloraya
Kamis, 13 Januari 2011 - 22:00 WIB

Gara-gara FB, siswa SMK tega aniaya temen sesama pelajar

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - TERBARING--Korban dugaan penganiayaan sekelompok remaja, Ilham P, 16, siswa salah satu SMAN di Wonogiri terbaring di bangsal Mawar, RSUD dr Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri karena menderita luka memar di mata bagian kiri. Foto diambil Kamis (13/1). (FOTO:Espos/Trianto Hery Suryono)

TERBARING--Korban dugaan penganiayaan sekelompok remaja, Ilham P, 16, siswa salah satu SMAN di Wonogiri terbaring di bangsal Mawar, RSUD dr Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri karena menderita luka memar di mata bagian kiri. Foto diambil Kamis (13/1). (FOTO:Espos/Trianto Hery Suryono)

Advertisement

Wonogiri (Espos)--Dugaan penganiayaan terhadap sesama pelajar terjadi di Wonokarto, Wonogiri, Rabu malam. Seorang pelajar salah satu SMAN di Wonogiri, Ilham P, 16, menjadi korban kejadian itu. Warga Perum Citra Jaya IV, No 23, Giriwono, Wonogiri harus terbaring di bangsal Mawar, RSUD dr Soediran Mangun Sumarso (SMS), Wonogiri, Kamis (13/1).

Saat Espos menemui di bangsal Mawar, korban ditemani oleh ayahnya, Harganto, sejumlah anggota keluarga dan teman-teman sekolah. Ilham mengaku tidak memiliki musuh dan belum pernah cekcok. “Kejadian Rabu malam sekitar pukul 21.00 WIB di depan rumah kos teman di Wonokarto, Wonogiri,” ujar Ilham.

Advertisement

Saat Espos menemui di bangsal Mawar, korban ditemani oleh ayahnya, Harganto, sejumlah anggota keluarga dan teman-teman sekolah. Ilham mengaku tidak memiliki musuh dan belum pernah cekcok. “Kejadian Rabu malam sekitar pukul 21.00 WIB di depan rumah kos teman di Wonokarto, Wonogiri,” ujar Ilham.

Korban, malam itu nongkrong bersama lima rekannya, yakni Jati, Sardi, Yoga, Juang dan Tio. Selagi mereka nongkrong, muncul sekelompok remaja sebaya mengendarai lima motor mendekati.

“Jumlahnya sekitar 11 orang. Pelaku pertama kami tidak mengenal langsung menendang kemaluan. Saya mengelak, dan dua orang memukul saya. Dua orang itu bernama Tg dan Ag, siswa SMKN di Wonogiri,” jelas dia.

Advertisement

“Saya bertanya <I>enek opo<I> (ada apa) dan dijawab <I>ora ono opo-opo, pengin kowe ora tentrem wae. Gawe reseh<I> (tidak ada apa-apa, ya ingin membuat kamu tidak tentram saja. Buat gaduh),” jelas Ilham menirukan ucapan sekelompok remaja itu.

Akibat pukulan itu, korban menderita luka memar di mata sebelah kiri. Saat Espos menemui, mata itu tidak bisa dibuka.

Terpisah, Kasatreskrim Polres Wonogiri, AKP Sugiyo mewakili Kapolres Wonogiri, AKBP Nanang Avianto, mengatakan dua orang pelaku penganiayaan telah diamankan, yakni Tg dan Ag. Keduanya pelajar salah satu SMKN di Wonogiri. “Penyidik masih memeriksa keduanya dan kami amankan,” ujarnya singkat.

Advertisement

Dikeluarkan

Sementara itu, Tg dan Ag menceritakan, awalnya ingin mencari seseorang bernama Rosyid. Mereka menyatakan, pada akun facebook bernama Rosyid terdapat gambar sebuah perguruan silat.

“Gambar itu diberi tanda silang dan dibawah terdapat tulisan jorok. Tempat prostitusi dan sebagainya. Karenanya, kami mencari nama Rosyid itu,” ujar Teguh.

Advertisement

Dikatakan oleh Teguh, Rosyid tidak ditemukan dan melihat orang bernama Jati. “Kami mendekati dan memukul Jati, tetapi kena pukulan balasan sehingga mata saya juga memar,” ucap Teguh sambil menunjuk mata sebelah kanan.

Akibat perbuatannya itu, dua pelajar kakak beradik itu terancam dikembalikan ke orangtua. Kepala SMKN 2 Wonogiri, H Dikin saat ditemui Espos di kantornya menyatakan tata tertib telah diedarkan kepada calon siswa baru.

“Aturan di sini (SMKN 2), siswa yang telah memiliki poin 100 kesalahan langsung dikembalikan kepada orangtua. Poin itu akan terkumpul secara akumulasi dari beberapa pelanggaran yang dilakukan siswa,” ujar H Dikin.

Lebih lanjut H Dikin menerangkan, ada empat pelanggaran yang langsung memperoleh poin 100, yakni berbuat asusila, perkelahian, minum Miras dan Narkoba serta mencuri. “Aturan sudah disosialisasikan sejak awal. Ketegasan itu kami berlakukan, untuk memperoleh output SMK bermutu. Jadi kedua siswa kami, praktis akan kami kembalikan ke orangtua.”

Diakui oleh H Dikin, dampak psikis akan dirasakan oleh kedua pelajar. “Tetapi bagaimana lagi. Hal itu merupakan risiko.”

tus

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif