Soloraya
Minggu, 9 Januari 2011 - 09:09 WIB

Rp 1.000 untuk satu sendok sambal...

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Yu Narti belum usai melayani pelanggannya saat Espos, singgah di warung makan miliknya, Sabtu (8/1) siang. Dengan hati-hati sekigus cekatan pecel lauk lele goreng yang dipesan pembeli dia siapkan. Tak lupa ditambahkan sambal sepucuk sendok makan. “Kalau kurang pedes boleh nambah, tapi ya itu sambalnya jangan banyak-banyak,” ujar dia sambil mengurai senyum, pada si pembeli.

Pembeli pun menggangguk dan cepat-cepat berlalu untuk mencari tempat duduk di pojok warung, kemudian makan dengan lahap.

Advertisement

Perkara sambal kini memang menjadi problem utama para pemilik dan pengelola warung makan, macam Narti. Semua gara-gara harga cabai yang meroket, melebihi 100%. Narti yang biasanya hanya perlu merogoh kocek Rp 30.000-Rp 35.000 untuk mendapatkan 1 kilogram (kg) cabai rawit merah, kini dia harus rela mengeluarkan uang Rp 75.000.

“Harga cabai sekarang lebih mahal daripada daging, yang cuma Rp 55.000,” sambung pemilik warung yang berusia 38 tahun itu.

Sambil melanjutkan aktivias melayani pembeli yang kembali datang, Narti menuturkan, kenaikan harga cabai membuat biaya operasional warung makan miliknya di kawasan Kliteh, Sragen Tengah, membengkak. Demi membuat usaha jual makanan matang yang dia kelola jalan terus, Narti pun harus putar otak. Kini, konsumsi cabai yang sebelumnya bisa mencapai 1,5 kg/hari ditekan menjadi hanya 1 kg/hari. Alhasil, sejumlah makanan, seperti bumbu pecel dan tumpang, berkurang tingkat kepedasannya.

Advertisement

Lantas soal sambal, Narti memberlakukan aturan yang cukup ekstrim, yaitu memberi biaya tambahan jika pembeli menginginkan tambah sambal. Nilanya dipatok Rp 1.000/sendok makan sambal atau Rp 500/satu sendok teh sambal. “Semua sudah diberi sambal. Tapi kalau mau nambah, saya kasih tambahan juga. Rp 500 untuk satu sendok teh, Rp 1.000 untuk satu sendok makan. Kalau tidak begitu saya bisa bangkrut,” ujarnya.

Ya, awal tahun 2011 memang bak tahun kelabu bagi Yu Narti. Bukan hanya lantaran cuaca kerap didominasi hujan, sehingga jumlah pengunjung susut, namun juga lantaran harga cabai melambung. Narti harus pandai-pandai menghemat biaya operasional jika ingin usaha tetap berjalan. Tak hanya itu, terkait hal ini, dia pun memiliki pekerjaan tambahan untuk memberi pengertian pada pembeli, perihal tambahan biaya jika pembeli nambah sambal.

tsa

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Cabai Sragen
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif