Jakarta–Koreksi yang cukup dalam pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin tidak perlu dikhawatirkan, justru penurunan itu harus dijadikan momentum untuk berinvestasi. Secara fundamental, tidak ada perubahan pada perekonomian Indonesia yang menyebabkan penurunan tersebut.
“Koreksi pasar yang terjadi hari ini di pasar saham dan obligasi memberi kesempatan bagi kita untuk melakukan konsolidasi. Jangan terlalu khawatir akan penurunan yang terjadi. Sekaranglah saatnya berinvestasi,” ujar Senior Investment Manager First State Investments Indonesia, Ni Made Muliartini dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (8/1).
Ia mengatakan, kekhawatiran akan tingkat inflasi menyebabkan penurunan pasar saham dalam negeri kemarin. Tingkat inflasi di bulan Desember 2010 melebihi konsensus pasar.
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa penurunan tersebut karena adanya pengalihan dana ke pasar Amerika Serikat (AS), yang disebabkan oleh kondisi di AS yang sedang mengalami pemulihan.
Menurutnya, para investor, yang sudah mendapatkan keuntungan besar dari emerging market, kembali mengalihkan dananya ke AS dan pasar lainnya. Faktor lainnya adalah adanya demanding valuation atas pasar saham Indonesia.
Setelah naik 46% di tahun 2010, PE ratio di tahun 2011 menjadi 15,5 kali. Ia mengatakan, sebagian investor melihat ini sebagai demanding valuation.
“Akan tetapi, hal tersebut hanya merupakan alasan untuk mengambil keuntungan dari pasar. Secara fundamental, tidak ada perubahan pada perekonomian Indonesia. Memang inflasi mulai merambat naik, akan tetapi diperkirakan tidak akan mengkhawatirkan,” katanya.
Kemarin, aksi jual masif melanda lantai bursa sehingga IHSG terpuruk 104,804 poin (2,81%) ke level 3.631,453. Investor asing tercatat melepas saham hingga Rp 1,5 triliun.
dtc/tiw