Begitu seterusnya sampai isi dandang besar itu ludes.
Di sela-sela itu, terdengar suara alat gesek. Bocah perempuan kecil memakai pakaian tradisional kemben, menggesek rebab. Rambutnya pendek. Dia duduk di amben dengan kaki ditekuk ke belakang. Suara alat musik gesek itu seakan membawa pengunjung ke alam mistis.
Di sampingnya, ada beberapa barang kebutuhan rumah tangga yang dibungkus plastik. Juga sebuah kotak amal dengan tulisan: Donasi untuk pendidikan.
Wat Phuthai Sawan tidak seperti wat-wat lain di Ayutthaya yang sudah rusak—hanya berupa tumpukan bata atau sisa-sisa kejayaan masa lampau akibat serangan pasukan Burma. Wat yang terletak di seberang Kota Ayutthaya ini masih bagus kondisinya.
Wat Phuthai Sawan tidak seperti wat-wat lain di Ayutthaya yang sudah rusak—hanya berupa tumpukan bata atau sisa-sisa kejayaan masa lampau akibat serangan pasukan Burma. Wat yang terletak di seberang Kota Ayutthaya ini masih bagus kondisinya.
Di bagian depan, terdapat patung Buddha dari perunggu yang diletakkan di bangunan dari kaca. Kemudian, masuk bagian dalam, terdapat bangunan berisi patung Buddha berwarna keemasan. Sejumlah pengunjung terlihat terpekur, memanjatkan berdoa. Ada yang bersemedi.
Masuk ke dalam lagi, ada bangunan Prang Pathan. Di sinilah terdapat tower dengan model Khmer yang tinggi menjulang. Di sekelilingnya terdapat serambi, yang isinya patung-patung Buddha berjejer.
Di Ayutthaya, patung Buddha tidur tidak hanya di sini. Di Wat Lokayasutharam, terdapat patung Buddha tidur juga, bahkan lebih besar, panjang 37 meter dan tinggi delapan meter. Di sekelilingnya, terdapat stupa, pagoda dan tugu lonceng, sebagaimana layaknya ada di candi Buddha.
Letaknya di pinggir kota. Wat-wat yang lain antara lain Wat Mahathat, Wat Phra Ram, Wat Phra Si Sanphet, Wat Ratchaburana, Wat Chaitthanaram, Wat Lokayasutharam, Wat Yai Chai Mongkol, Wat Phanan Choeng, Wat Naphrameru. Masih ada objek lain seperti The Royal Palace, Chao Phraya National Museum, King Uthong Monument, Thai Boat Museum, Chantarkasem Museum dan masih banyak objek wisata lainnya.
Sebagian wat–wat itu dibiarkan dalam bentuk apa adanya. Di sepanjang jalan, Anda akan menemui berbagai wat termasuk yang telah hancur, tinggal gundukan batu bata. Memang berbeda dengan wat di Bangkok yang rata-rata masih utuh.
Selama tiga hari di Ayutthaya, saya betul-betul dijejali dengan pemandangan beragam wat. Kalau mau disambangi satu persatu, tidak cukup satu hari. Lha wong jumlahnya puluhan. Yang utama tentu saja wat yang jumlahnya sangat banyak yang indah dan eksotis seperti Wat Mahathat dan Wat Phra Si Sanphet.
Pada hari kedua di kota ini, Sabtu (18/12), saya memilih menyewa sepeda untuk berkeliling kota. Betapa banyak wat, besar maupun kecil yang berupa reruntuhan dan tumpukan batu bata. Ayutthaya memang kota masa lampau, menyimpan jejak sejarah. Karena itu, UNESCO menetapkan Ayutthaya sebagai situs warisan dunia. Pemerintah Thailand juga gencar mempromosikan heritage sites ini sebagai daya tarik wisata.
Sifaul Arifin–Bersambung