News
Minggu, 2 Januari 2011 - 10:37 WIB

HTI: Konflik agama bukan karena Islam

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Surabaya–Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menilai konflik agama yang ada selama ini seperti dalam kasus Ahmadiyah dan pendirian gereja sesungguhnya bukan karena bersumber dari Islam.

“Bila ditilik secara seksama, sesungguhnya konflik itu timbul bukan karena umat Islam seperti yang banyak dituduhkan atau bukan konflik agama,” kata Jurubicara HTI Muhammad Ismail Yusanto dalam rilis yang dilansir Antara, Minggu (2/1).

Advertisement

Menurut dia, ikhtiar melawan Ahmadiyah itu terjadi karena mereka keras kepala dan tidak mengindahkan SKB Tiga Menteri, namun upaya melawan pelanggaran SKB justru dituduh radikal.

Sementara ikhtiar melawan kelompok Kristen juga bukan konflik agama, melainkan karena mereka tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan menyangkut pendirian tempat ibadah.

Advertisement

Sementara ikhtiar melawan kelompok Kristen juga bukan konflik agama, melainkan karena mereka tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan menyangkut pendirian tempat ibadah.

“Itu bukan persoalan agama, karena pertumbuhan rumah ibadah Kristen justru lebih besar dibandingkan dengan mesjid. Rumah ibadah umat Islam pada periode 1977-2004 meningkat 64,22 persen, Kristen Protestan 131,38 persen, Kristen Katolik meningkat hingga 152 persen,” paparnya.

Selain masalah agama, HTI mencatat korupsi di Indonesia makin sistemik, karena kasus Gayus Tambunan menunjukkan korupsi bukan dilakukan 1-2 orang, melainkan banyak orang.

Advertisement

HTI juga menyoroti kebijakan ekonomi liberal melalui kebijakan kenaikan TDL, privatisasi sejumlah BUMN dan pembatasan subsidi BBM.

Kenaikan TDL bisa dihindari bila PLN mendapat pasokan gas, tapi anehnya produksi gas seperti Gas Donggi Senoro justru 70 persen produksinya dijual ke luar negeri.

Privatisasi sejumlah BUMN juga tidak beralasan, karena bila alasannya untuk menambah modal maka bisa  diambil dari APBN atau dari penyisihan keuntungan, karena bank kecil seperti Bank Century bisa dengan uang negara sebesar Rp 7 triliun, tapi mengapa untuk perusahaan milik negara sendiri tidak dilakukan.

Advertisement

Sementara rencana pembatasan BBM tidak lebih merupakan usaha pemerintah untuk menuntaskan liberalisasi sektor migas seperti yang digariskan oleh IMF.

HTI menilai kebijakan itu akan membuat perusahaan asing leluasa bermain di sektor hulu dan hilir (penjualan). SPBU-SPBU Asing akan mengeruk keuntungan besar, sehingga akan semakin memberatkan kehidupan ekonomi rakyat dan semakin memperkuat intervensi asing.

“Bencana selama tahun 2010 seperti tsunami di Mentawai, longsor di Wasior dan letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah merupakan kehendak Allah SWT agar kita mau tunduk dan taat kepada Allah,” paparnya.

Advertisement

Untuk itu, sistem yang berdasarkan syariah dan dipimpin oleh orang amanah saja (khalifah) merupakan hal yang mendesak untuk Indonesia bisa menjadi lebih baik.

“Dengan syariah, problem kemiskinan, intervensi asing, ketidakadilan, kezaliman dan berbagai persoalan masyarakat bisa diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga kerahmatan Islam bagi seluruh alam bisa diwujudkan secara nyata,” ujarnya.

ant/nad

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif