“Memang lokasinya cukup jauh,” kata Darwin saat turun dari mobil berplat nomor RI 21 di Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Rabu (28/7).
Darwin mengaku dirinya rela menghabiskan waktu 3,5 jam perjalanan karena ia ingin melihat secara langsung pengembangan pembangkit dengan kapasitas 6.000 watt (6 kW) tersebut.
“Karena ini dibangun secara swadaya dan gagasannya tidak dipelopori pemerintah, jadi kami ingin lihat,” jelasnya.
Darwin memaparkan, Indonesia memang memiliki potensi PLTHM yang cukup besar yaitu sekitar 215 Megawatt sehingga pemerintah harus mendorong agar pengembangan PLTMH di tanah air.
Keberadaan PLTMH sangat penting karena dana yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit jenis ini tidak besar.
Lagipula, pengembangan PLTMH ini dapat digunakan untuk memasok listrik pada masyarakat yang tinggal daerah terpencil. Karena biasanya listrik yang dibutuhkan daerah itu tidaklah besar.
“Sebanyak 19 juta masyarakat belum dapat listrik. Apalagi untuk daerah-daerah di Indonesia Timur yang jaraknya jauh. Terlalu mahal kalau bangun pembangkit skala besar di sana karena itu pembangki listrik yang sifatnya non konvesial dan ramah lingkungan seperti ini harus didorong,” paparnya.
Darwin berjanji setelah mengunjungi PLTMH ini dirinya akan mengunjungi PLTMH-PLTMH yang berada di Indonesia.
“Nanti kita akan kunjungi yang jauh-jauh. Sekarang yang dekat dulu. Saya ajak wartawan ke sini biar tahu kalau Indonesia itu bukan hanya Jakarta,” tegasnya.
dtc/nad