Kolom
Minggu, 28 Maret 2010 - 17:18 WIB

Memilih walikota yang cerdas...

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Belum lama ini, saya lumayan terkesima ketika membaca status akun facebook milik Pepeng Soebardi, artis yang sudah lima tahun terakhir ini tergolek lemah di ranjangnya karena serangan penyakit langka multiple sclerosis.

Pepeng yang bernama asli Ferresta Soebardi itu menulis: ”Waktu SD anak saya pernah berkata dengan agak sedih: ’Aku gak pinter matematika Pak. Gimana dong?’ Saya tertegun sejenak, lalu menjawab hati-hati: ’Tenang nak. Hidup tidak ditentukan oleh matematika. Allah memberi ciptaannya begitu banyak kecerdasan. Jangan terpaku pada satu hal, padahal banyak yang lain yang bisa membuat kita cerdas dan bahagia,’ kata saya mengelus kepalanya. Semoga saya tidak salah…”

Advertisement

Ah… status itu mengingatkan saya kepada anak mbarep saya yang baru saja mengikuti Unjian Nasional pekan lalu. Sejak lama dia memang mengeluhkan soal susahnya ilmu matematika ini. Pun ketika UN berakhir, saat saya tanya apakah semua mata pelajaran bisa dia kerjakan? Anak lanang saya menjawab, ”Insya Allah… tapi matematikanya ya tetap susah,” kata dia.

Saya hanya membatin, ”Wah ini penyakit keturunan bapaknya…” he he he, saya memang juga termasuk bodoh dalam pelajaran hitung menghitung angka itu. Tapi sudahlah, saya toh menjadi lega ketika mendapat jawaban tak sengaja dari Mas Pepeng yang dulu suka berteriak di Kuis ”Jariii… Jariiiiiiiiii” itu.

Advertisement

Saya hanya membatin, ”Wah ini penyakit keturunan bapaknya…” he he he, saya memang juga termasuk bodoh dalam pelajaran hitung menghitung angka itu. Tapi sudahlah, saya toh menjadi lega ketika mendapat jawaban tak sengaja dari Mas Pepeng yang dulu suka berteriak di Kuis ”Jariii… Jariiiiiiiiii” itu.

Saya kira Mas Pepeng tidak salah. Mungkin banyak orangtua yang seperti saya, tumpul dalam pelajaran tertentu khususnya yang berkaitan dengan angka-angka namun tetap hidup bahagia. Pernyataan Pepeng, ”Tenang nak. Hidup tidak ditentukan oleh matematika. Allah memberi ciptaannya begitu banyak kecerdasan…” sungguh sebuah jawaban yang bisa dimaknai secara luas dan mendalam.

Lebih baik kurang pandai dalam hitung-menghitung angka, daripada cerdas dalam hal tersebut namun menjadi jagoan memanipulasikan uang negara. Atau malah menjadi tamak bin rakus mengumpulkan uang yang tidak jelas asal usulnya seperti yang dilakukan Gayus Halomoan Tambunan, seorang pegawai di Ditjen Pajak yang sekarang kasusnya menghebohkan negeri ini.

Advertisement

Benar kata Pepeng, begitu banyak kecerdasan yang diberikan Allah kepada manusia. Cerdas dalam arti kepandaian berhitung, intelektualitas (intelligent) adalah hanya satu bagian kecerdasan yang sangat luas tersebut. Dalam ranah ilmu psikologi masih dikenal adanya kecerdasan emosional (emotional quotient) malah belakangan muncul kecerdasan spiritual (spiritual quotient).

Bahkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spirituallah yang justru diketahui sebagai bagian terbesar yang berkontribusi atas berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengarungi hidup termasuk berhasil atau tidaknya seseorang dalam memimpin. Secara ilmiah, seorang yang cerdas secara emosi dan cerdas spiritualitasnya akan lebih berhasil menjadi seorang pemimpin.

Seperti yang dikatakan Ari Ginanjar Agustian, pencetus pelatihan kepemimpinan ESQ, seorang pemimpin akan dicintai rakyatnya, akan memiliki empati yang tinggi terhadap anak buahnya, akan disegani, akan dihormati, senantiasa jujur dan akan berhasil ketika dia memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang tinggi. Terlebih lagi jika dia dilengkapi pula dengan kecerdasan intellektual yang mumpuni.

Advertisement

Oleh karena itu, senyampang kita –khususnya warga Solo–sedang dalam suasana hendak memilih walikota dan wakilnya, tidak ada salahnya kita menimbang-nimbang dengan matang siapa di antara ketiga pasangan calon yang pekan lalu telah tampil dalam sebuah acara debat terbuka itu paling layak untuk kita pilih. Kita, sedikit banyak, pasti telah bisa menangkap siapa di antara ketiga pasangan itu yang memiliki kecerdasan tinggi dalam segala bidang.

Jangan sampai terjadi kita memilih calon pemimpin bak memilih kucing dalam karung. Ajang debat terbuka yang digelar di Hotel Lor In Kamis pekan lalu adalah salah satu upaya “membuka karung”. Sehingga publik bisa menyaksikan sedikit atau banyak, siapa sesungguhnya yang layak memimpin kita karena kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya yang lebih sempurna.

Persoalan kecerdasan ini menjadi penting bagi seorang pemimpin, atau konkretnya walikota dan wakilnya, untuk dipertimbangkan oleh semua warga calon pemilih karena hanya itulah tolok ukur atau indikator mampu atau tidaknya seseorang memimpin rakyat. Secara ilmiah hal ini juga telah dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh James M Kouzes & Barry Posner (The Leadership Challange; 2002).

Advertisement

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para top manager di enam benua (Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara, Asia, Eropa dan Australia) menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual sesungguhnya hanya berperan 46% dalam mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin. Sedang persentase tertinggi adalah hal-hal yang menyangkut kecerdasan spiritual/emosional, seperti Kejujuran (88%), Berpandanga Jauh ke Depan (71%), Berkompeten (66%) atau Memberi Inspirasi (65%).

Kini rakyat sudah cerdas. Saya kira, masyarakat tidak akan lagi gampang diiming-imingi hadiah, uang apalagi sekadar janji untuk memilih pemimpinnya. Inilah barangkali salah satu hikmah dari gerakan reformasi, pelan namun pasti kita semua akan bergerak ke arah perbaikan.

Pemimpin yang cerdas lah yang akan memperoleh simpati. Bisa jadi nanti, untuk menjadi walikota atau bupati tidak perlu lagi harus mengeluarkan modal yang tinggi. Cukup dengan kecerdasan yang mumpuni seorang calon pemimpin akan diminati…

Terdapat tujuh nilai dasar yang disarikan oleh Ari Ginanjar Agustian menyangkut kriteria bagi seseorang yang memiliki kecerdasan emosional dan spiritual tinggi dan bakal sukses menjadi seorang pemimpin, yaitu orang yang jujur, bertanggung jawab, visioner, disiplin, mampu bekerja sama, adil dan peduli. Semoga Walikota Solo nanti adalah pribadi yang cerdas…

Mulyanto Utomo

Wartawan SOLOPOS

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif