Karena kalender NU memperlihatkan 1 Syawal bertepatan dengan Jumat 10 September mendatang. “Kalender NU seperti itu. Memang berdasarkan perhitungan dengan semua metode hisab (penghitungan hari berdasarkan perputaran bulan dan matahari), 80 persen Lebaran jatuh hari Jumat (10/9),” tutur Ketua PWNU Jatim KH Muhammad Mutawakkil Alallah, di Jakarta, Rabu (1/9).
Ia mengatakan, NU tidak hanya menggunakan metode hisab. Akan tetapi lebih memegang metode rukyat (melihat hilal/bulan sabit). Metode ini menurut Mutawakkil merujuk pada sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, ‘sumuu li rukyati wa afthiru li rukyati’ (puasalah saat melihat hilal dan akhirilah saat melihat hilal).
“Kami berharap bisa bareng. Tapi, kalau ternyata hasil rukyat menentukan lain, kami tentu mengikuti hasil itu. Saya kira juga tidak ada masalah bila berbeda,” ujarnya.
NU baru bisa memutuskan Idul Fitri, ungkap Mutawakkil, pada Kamis 8 September malam, setelah sidang isbat (penetapan) hasil tim rukyat. Ada 11 tim rukyat akan diturunkan. Di antaranya di Pantai Kenjeran (Surabaya), Tanjung Kodok (Lamongan), Pantai Gili (Probolinggo), Bukit Condrodipo (Gresik), Pantai Plengkung (Banyuwangi), dan Pantai Gebang (Madura).
inilah/rif