Kepolisian Filipina pun mengakui mereka telah melakukan beberapa kesalahan dalam mengakhiri drama penyanderaan itu.
“Kami melihat beberapa kekurangan menyangkut kemampuan dan taktik yang digunakan, ataupun prosedur yang dipakai dan kami saat ini akan menyelidiki hal ini,” kata komandan kepolisian Manila, Leocadio Santiago pada stasiun televisi lokal seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (24/8).
Delapan turis Hong Kong tewas dalam drama penyanderaan yang berlangsung sekitar 12 jam itu. Dalam insiden tragis itu, pasukan komando Filipina sempat melepaskan lusinan tembakan ke bus yang dibajak mantan perwira polisi yang dipecat, Rolando Mendoza.
Polisi bahkan memecahkan kaca-kaca jendela bus dengan martil ketika mereka mencoba menyerbu masuk ke bus.
Namun para polisi terpaksa menunggu di luar bus tanpa daya selama sekitar sejam karena Mendoza menggunakan para sandera sebagai tameng untuk melindungi dirinya.
Drama penyanderaan itu berakhir setelah polisi menembakkan gas air mata ke dalam bus dan seorang penembak jitu (sniper) menembak Mendoza di bagian kepala. Namun saat itu, delapan turis Hong Kong telah tewas.
Pelaku penyanderaan, Mendoza pun tewas dalam peristiwa itu. Pria berumur 55 tahun itu melakukan penyanderaan itu sebagai upaya untuk mendapatkan kembali pekerjaannya.
dtc/nad