Soloraya
Jumat, 22 Oktober 2010 - 23:17 WIB

Peroleh wangsit Mbah Petruk, warga Takeran gelar kenduri

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Merapi dan mitos. Meski bertolak belakang, namun itulah yang terjadi di lereng Merapi, terutama di wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) III di Desa Tlogolele, Selo.

Meski status Merapi sudah meningkat menjadi siaga, tidak membuat warga di lereng Merapi menjadi ketakutan. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa, pergi ke ladang dan mencari rumput untuk pakan ternak.

Advertisement

Warga di KRB III sudah diingatkan untuk meningkatkan kewaspadaan. Tetapi karena masih percaya mitos mendapat wangsit dari Mbah Petruk, seorang tokoh yang dianggap penjaga Merapi bagi warga, maka mereka pun tunduk dengan adanya wangsit itu.

Hal itulah yang terjadi di Dukuh Takeran, Desa Tlogolele, Selo, Boyolali. Mereka pada Kamis (21/10) malam langsung menggelar kenduri atau selamatan, setelah salah seorang warganya Niti Sukir, 57, mendapat wangsit melalui mimpi dari Mbah Petruk.

Advertisement

Hal itulah yang terjadi di Dukuh Takeran, Desa Tlogolele, Selo, Boyolali. Mereka pada Kamis (21/10) malam langsung menggelar kenduri atau selamatan, setelah salah seorang warganya Niti Sukir, 57, mendapat wangsit melalui mimpi dari Mbah Petruk.

Dalam wangsit itu, Niti diminta ke Kadus untuk menggelar kenduri agar selamat dari bahaya Merapi. Akhirnya, wangsit itu pun disampaikan. Mereka menggelar kegiatan di rumah Kadus III Dukuh Takeran, Soma Sarpi’i, 57.

Kepada wartawan, Soma menjelaskan Niti memperoleh wangsit Mbah Petruk yang saat itu mengenakan jubah serba putih. Dalam mimpi tersebut, Mbah Petruk meminta agar kenduri dilengkapi dengan berbagai ubarampe, seperti sega cagak atau tumpeng nasi tawar, tumpeng nasi gunung atau nasi jagung, palawija, jajan pasar dan tumpeng kendhit.

Advertisement

“Munculnya wangsit itu memang baru kali pertama menimpa warga Takeran. Selama ini wangsit itu biasanya diterima tokoh masyarakat di Dukuh Stabelan atau dukuh tertinggi di Tlogolele dan berdekatan dengan puncak Merapi. Tetapi kali ini, ternyata warga saya yang menerima wangsit untuk menggelar kenduri. Saya tidak tahu makna wangsit itu. Tetapi karena sudah kepercayaan, maka kami harus melaksanakan,” papar dia.

Soma mengatakan biasanya para warga menggelar kenduri keselamatan itu pada bulan Rajab. Namun, karena adanya wangsit itu, akhirnya warga menggelar kenduri, demi keselamatan bagi seluruh warga Tlogolele dari bahaya Merapi yang kini tengah meningkat statusnya.

Terpisah, Kades Tlogolele Budi Harsono mengatakan meski masih percaya adanya mitos itu, pihaknya tetap meminta warga untuk bersiap-siap, termasuk membawa barang-barang berharga mengungsi jika kondisi Merapi semakin mengkhawatirkan.

Advertisement

“Bahkan dari informasi yang kami terima, kubah lava di sebelah utara sudah mengalami retak. Sehingga, jika terjadi letusan, desa kami bisa menjadi daerah yang terdampak langsung letusan,” papar dia kepada wartawan, Jumat.

Budi menambahkan para warga Desa Tlogolele yang akan mengungsi akan diarahkan ke tempat penampungan pengungsi akhir di Sawangan, Kabupaten Magelang.

fid

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Meletus Merapi
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif