Tak berhenti di situ, hama wereng coklat juga mulai mengancam kembali lahan pertanian di kecamatan paling utara di Wonogiri ini. Tidak kurang dari 1.042 hektare tanaman padi yang belum lama ditanam di sembilan desa/kelurahan terancam hama mematikan tersebut.
Serangan burung emprit itu, diakui petani juga mengakibatkan mereka terpaksa panen dini dan hal ini berpengaruh pada hasil panen. Salah satu petani di Kelurahan Kaliancar, Selogiri, Ny Indrio mengungkapkan dari total lahan seluas 1,5 hektare yang ditanaminya, hasil panennya turun dari biasanya 40 sak (1 sak memuat 25 kg gabah) menjadi hanya tujuh sak.
“Seumur-umur jadi petani baru kali ada serangan emprit sehebat ini. Kalau tidak ditunggui, sudah habis tanaman saya. Bisa tidak panen. Bahkan saat hujan pun burung-burung itu tetap berdatangan. Banyak petani yang memilih panen meski masih hijau,” ungkap Ny Indrio, saat ditemui wartawan di sawahnya, Kamis (30/12).
Koordinator Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Selogiri, Marija mengungkapkan serangan burung emprit memang baru kali ini terjadi. Faktornya karena cuaca dan penanaman yang tidak bersamaan.
“Luasan lahan yang diserang burung emprit ada 350-an hektare tersebar di Jendi, Kaliancar, Gemantar, Pule, dan Nambangan. Selain itu, saat ini wereng juga mulai menetas, terutama pada tanaman yang masih muda,” jelas Marija.
Marija mengungkapkan saat ini ada 1.042 hektare lahan yang mulai ditanami dan kemungkinan terancam wereng coklat yang sedang menetas itu. Luas lahan itu tersebar di sembilan desa/kelurahan yaitu Jaten (329 ha), Nambangan (186 ha), Kaliancar (40 ha), Pule (120 ha), Gemantar (80 ha), Sendangijo (50 ha), Kepatihan (20 ha), Singodutan (35 ha), dan Jendi (180 ha).
shs