News
Selasa, 28 Desember 2010 - 07:03 WIB

KPI: Kampanye HIV/AIDS belum maksimal

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarang--Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Jawa Tengah (Jateng) menilai kampanye pencegahan HIV/AIDS belum maksimal dan menyentuh secara menyeluruh ke ibu-ibu komunitas awam, padahal mereka banyak yang menjadi korban.

“Informasi belum transparan dan masih dianggap sebagai isu murahan sehingga belum menyentuh hingga tingkat bawah (ibu-ibu rumah tangga),” kata Rulia Ivad Dhalina, staf advokasi KPI Jateng menanggapi tingginya korban HIV/AIDS berasal dari kaum ibu, di Semarang, Selasa (28/12).

Advertisement

Rulia menjelaskan minimnya kampanye HIV/AIDS menjadikan para kaum ibu baru mengetahui dirinya terinfeksi penyakit tersebut setelah pasangannya positif.

“Jadi bukan karena inisiatif sendiri mereka datang ke tempat pelayanan untuk tes, akan tetapi karena pasangannya ketahuan positif mengidap HIV/AIDS terlebih dahulu,” imbuhnya.

Oleh karena itu, lanjut Rulia, ke depan informasi mengenai HIV/AIDS harus terus digalakkan hingga menyentuh sektor terkecil, tidak sekadar mereka yang memiliki risiko tinggi.

Advertisement

Mereka yang masuk kategori berisiko tinggi adalah pengguna narkoba, pengguna jarum suntik, waria, dan lelaki suka lelaki, dan pelanggan pekerja seks komersil (PSK).

Jika kampanye HIV/AIDS bisa menyentuh hingga tingkat bawah di antaranya melalui PKK, maka akan muncul kesadaran dan masyarakat datang ke tempat pelayanan secara mandiri melakukan test.

Terkait dengan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak, tambah Rulia, dapat terjadi melalui tiga hal yakni kehamilan, persalinan dan kelahiran.
“Penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak persentasenya 30 persen, jika tidak ada internvensi dini dan status ibu diketahui. Bahkan jika ada layanan VCT/PMTCT bisa 0 persen,” jelasnya

Advertisement

Setelah kelahiran, ucap Rulia, penularan penyakit dapat ditekan dengan tidak memberikan air susu ibu (ASI). Akan tetapi untuk yang tidak mampu mendapatkan akses susu formula, maka ASI dapat diberikan selama satu hingga tiga bulan.

“Amannya ya dengan pemberian susu formula. Akan tetapi jika karena faktor ekonomi tidak bisa mendapatkan akses susu formula, maka dapat dengan pemberian ASI maksimal tiga bulan,” ujarnya.

ant/nad

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif