News
Jumat, 24 Desember 2010 - 23:39 WIB

Refleksi akhir tahun: Indonesia butuh resep khusus & pemimpin besar

Redaksi Solopos.com  /  Mulyanto Utomo  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta – Untuk menjadi bangsa yang besar, Indonesia membutuhkan sejumlah resep khusus, salah satunya adalah pemimpin besar.

Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Achmad Mubarok mengatakan, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan jika ingin menjadi bangsa yang besar.

Advertisement

Hal pertama adalah sejarah. Dalam sebuah diskusi bertema “Refleksi Akhir Tahun” yang digelar di Islamic College, Jakarta, Jumat (24/12), itu dia mengatakan, sejarah Indonesia yang pernah dijajah Belanda menjadi faktor yang turut menentukan kesuksesan Indonesia. Sayangnya, kata Mubarok, Indonesia merupakan wilayah jajahan Belanda, sebuah negara kecil di Eropa.

“Maka orang Indonesia dibodohi-bodohi. Minta merdeka, kita harus rebut dulu,” katanya.

Berbeda dengan Malaysia yang dijajah Inggris. Malaysia diberi kemerdekaan dan diberi kesempatan untuk mengembangkan pendidikannya. Budaya jajahan Belanda tersebut, kata Mubarok, masih terbawa hingga kini.

Advertisement

“Kita harus rebut dulu apa-apanya, kalau sudah direbut, harus ganti ke akar-akarnya. Itulah yang buat Indonesia jadi selalu mulai dari nol,” ujar politisi Partai Demokrat itu.

Resep yang kedua, lanjut Mubarok, Indonesia membutuhkan sebuah konsep besar untuk sukses membangun. “Kalau Indonesia, penuh langkah-langkah improvisasi. Kalau di Malaysia, pengembang boleh bangun kalau sudah bangun infrastruktur. Kalau di sini, rumah sudah jadi, jalan belum ada,” tuturnya.

Terakhir, menurut Mubarok, Indonesia harus memiliki seorang pemimpin besar. Yang saat ini, katanya, tidak dimiliki Indonesia.

Advertisement

“Pemimpin kita semuanya pas-pasan,” tukasnya.

Seorang pemimpin yang besar, lanjut dia, memiliki kecerdasan menembus ruang dan waktu. Berpikiran jauh ke depan dalam membangun Indonesia dan tidak hanya memikirkan cara mempertahankan kekuasaan.

“Duduknya hanya lima tahun, tapi yang dipikirkan untuk 50 tahun ke depan. Sekarang yang dipikir kursinya, dia gak mau jatuh dari kursinya,” ungkapnya, mencontohkan.

“Pemimpin besar, lahir dari dua pintu. Pertama revolusi, kedua keharusan mengatasi problem tertentu dalam waktu yang lama,” tambahnya. Kompas.com

Advertisement
Kata Kunci : Refleksi Akhir Tahun
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif