Soloraya
Rabu, 22 Desember 2010 - 04:11 WIB

Sedimen Bendung Karang Bajang capai 50% lebih

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Espos)–Tandon air di Bendung Karang Bajang, Desa Purworejo, Kecamatan Gemolong dipenuhi sedimen alias endapan. Endapan mencapai lebih dari 50% dari total luas bendung.

Selain kondisi bendung yang dipenuhi endapan, sebagian besar dari total 2 kilometer (km) saluran irigasi yang berhulu di bendung tersebut kini dalam kondisi rusak parah. Bayan I Desa Purworejo, Kiswahyono mengungkapkan kondisi bendung yang berada di Dukuh Ngabean dan Dukuh Ngasinan kini memprihatinkan. Pasalnya, lebih dari 50% bagian bendung dipenuhi endapan. Akibatnya, Bendung Karang Bajang tak berfungsi maksimal, hanya 5 hektar (ha) sampai 7 ha lahan pertanian yang dapat dialiri.

Advertisement

“Sebenarnya bendung itu berfungsi, tapi karena endapannya banyak, akhirnya hanya 5-7 ha lahan yang bisa dialiri,” jelas Kiswahyono, saat ditemui Espos, di kantor desa setempat, Selasa (21/12).

Sedangkan, kondisi saluran pengairan saat ini sebagian besar rusak. Dari 2 km saluran irigasi, hanya saluran di radius 100 meter (m) dari lokasi Bendung Karang Bajang yang telah diperbaiki sekitar tahun 2007/2008 silam. Sementara sisanya, masih berupa tanah. Hujan deras yang kerap terjadi, mengancam kondisi saluran irigasi yang sedianya berperan penting mendistribusikan air irigasi ke seratusan ha lahan di Desa Purworejo.

Kepala Desa (Kades) Purworejo, Suprapto mengatakan pihak desa telah memasukkan usulan perbaikan saluran irigasi dan Bendung Karang Bajang ke daftar masalah dalam rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes). Pihaknya berharap, usulan tersebut segera mendapat tanggapan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen, melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) selaku pihak yang selama ini mengelola bendung. Pasalnya, menurut Suprapto, budidaya pertanian di Desa Purworejo kerap terkendala kondisi cuaca.

Advertisement

Pada musim kemarau, dia menjelaskan, areal pertanian dalam keadaan kering, sehingga tanaman yang dibudidayakan gagal panen. Sedangkan, saat musim hujan tiba, genangan air memenuhi sawah sehingga tanaman urung bisa dipanen.

“Harapan kami, usulan itu segera ditanggapi. Petani di desa kami bergantung pada hujan. Seandainya bendung berfungsi optimal, saya percaya lebih banyak lahan pertanian yang bisa diolah,” ujar Suprapto.

tsa

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif