News
Rabu, 8 Desember 2010 - 08:48 WIB

Puluhan warga "tapa mbisu" sambut 1 Sura

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Banyumas–Puluhan warga penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa menggelar ritual “tapa mbisu mubeng beteng” di Pendapa Duplikat Sipanji, Banyumas, Selasa malam (7/12), untuk menyambut 1 Sura Tahun Be 1944 Jawa.

Ritual “tapa mbisu mubeng beteng” (memutar benteng tanpa bicara -red) ini dilakukan dengan mengelilingi benteng kompleks pendapa sebanyak tiga kali dan diikuti warga penghayat kepercayaan dengan mengenakan busana adat Jawa sedangkan perwakilan dari Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas mengenakan pakaian tradisional China.

Advertisement

Kegiatan yang dipimpin Wardana ini merupakan perwujudan dari suatu bentuk perenungan untuk mencapai tujuan.

Selama ritual tersebut berlangsung, seluruh lampu listrik di kompleks pendapa dimatikan oleh panitia dan digantikan dengan “sentir” (lampu minyak) serta obor.

Advertisement

Selama ritual tersebut berlangsung, seluruh lampu listrik di kompleks pendapa dimatikan oleh panitia dan digantikan dengan “sentir” (lampu minyak) serta obor.

Setelah melakukan “tapa mbisu mubeng beteng”, warga segera berkumpul di dalam pendapa dalam suasana gelap untuk mendengarkan sambutan dari Direktur Kepercayaan Direktorat Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Gendro Nurhadi.

Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan ritual pengambilan “Banyu Prawitasari” (air suci) dari sumur mas yang berada di kompleks Pendapa Duplikat Sipanji. Air suci ini selanjutnya didoakan melalui ritual “Ruwat Ageng Bumi Banyumas”, yakni ritual untuk memohon kepada Tuhan Yang Mahaesa atas keselamatan dan ketenteraman masyarakat Banyumas.

Advertisement

Secara terpisah, Sekretaris Panitia Yusmanto mengatakan, kegiatan ini merupakan pembukaan dari rangkaian acara “Grebeg Suran Banyumas Tahun 2010” yang akan digelar hingga Kamis (9/12) pagi.

“Kegiatan ini merupakan wujud dari kepedulian kami terhadap tradisi budaya masyarakat Banyumas. Oleh karena itu, kami menggandeng Himpunan Penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Mahaesa untuk menggelar kegiatan ini,” katanya.

Disinggung mengenai pemadaman lampu listrik dan menggantikannya dengan “sentir” sebagai sarana penerang, dia mengatakan, hal itu sebagai bagian dari “Romansa Kota Lama Banyumas”.

Advertisement

Dalam hal ini, kata dia, panitia ingin menggambarkan suasana sebagaimana yang terjadi di masa lalu karena kompleks Pendapa Duplikat Sipanji Banyumas merupakan bekas pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas yang kini telah dipindahkan ke Purwokerto.

“Asal mula Banyumas ada di sini. Bahkan nama Banyumas, menurut sejarah berasal dari air sumur mas tersebut,” katanya.

ant/rif

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif