Banyak pihak yang enggan berbicara bahkan menjauhi diplomat AS.
“Dalam jangka pendek, kami sudah hampir keluar dari urusan ini (diplomasi). Ini benar-benar buruk. Aku tidak bisa membesar-besarkan itu,” ujar seorang diplomat senior AS yang enggan disebutkan namanya seperti dilansir dari detikcom, Minggu (5/12).
“Dalam semua kejujuran, tak seorang pun ingin berbicara dengan kami. Beberapa pihak masih harus berbicara dengan kami, khususnya pihak pemerintah tapi … mereka telah menanyai kami hal-hal seperti, ‘Apakah kau akan menulis tentang ini? Orang-orang di luar pemerintah tidak mau berbicara sama sekali,” jelas diplomat itu.
“Dalam semua kejujuran, tak seorang pun ingin berbicara dengan kami. Beberapa pihak masih harus berbicara dengan kami, khususnya pihak pemerintah tapi … mereka telah menanyai kami hal-hal seperti, ‘Apakah kau akan menulis tentang ini? Orang-orang di luar pemerintah tidak mau berbicara sama sekali,” jelas diplomat itu.
Dia menambahkan, untuk membangun kembali kepercayaan itu membutuhkan waktu dua sampai lima tahun.
Sementara seorang diplomat AS di Timur Tengah mengatakan waktu akan menyembuhkan semua ‘luka’ yang ditimbulkan dari kawat-kawat diplomatik yang bocor itu.
Efek kawat-kawat yang bocor itu akan lebih berdampak terhadap masyarakat di suatu negara, utamanya di Timur Tengah yang masyarakatnya tertutup, ketimbang kemampuan diplomasi AS.
“Saya pikir ini akan memiliki dampak yang jauh lebih dalam dan tahan lama pada masyarakat di sini daripada kemampuan kita untuk melakukan diplomasi,” ujar diplomat itu.
Beberapa kawat Kedubes AS di Timur Tengah yang terbaru berkaitan dengan Yaman. Disebutkan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, diam-diam menawarkan pasukan AS sebuah ketidakterbatasan akses terhadap wilayahnya untuk melakukan serangan sepihak terhadap sasaran teroris Al-Qaeda.
Kemudian salah satu informasi rahasia AS yang dibeberkan situs WikiLeaks adalah Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya mengkhawatirkan program nuklir Iran. Raja Saudi, Abdullah, bahkan berulang kali mendesak pemerintah AS untuk menyerang Iran guna menghancurkan program nuklirnya.
Menurut kabel diplomatik lainnya yang dirilis WikiLeaks, diplomat-diplomat AS menyebut Rusia sebagai negara mafia virtual. Diplomat AS juga menyebut Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Putin bagaikan ‘Robin dan Batman’.
dtc/nad