Diusulkan ada pesawat khusus yang bisa mengangkut jemaah ini bila ingin pulang lebih awal.
“Pasien sakit ini menjadi persoalan rutin tahunan, tidak salahnya jika dicoba dengan pengangkutan pesawat khusus,” kata Wakil Kepala Bidang Kesehatan Daker Jeddah dr Eka Yusup Singka, Jumat (3/12).
Dijelaskan Eka, sebagian besar jemaah yang sakit menginginkan pulang ke Tanah Air lebih awal (tanazul). Namun tidak semua jemaah bisa di-tanazul-kan karena terkendala seat dan kondisi pasien.
Dijelaskan Eka, sebagian besar jemaah yang sakit menginginkan pulang ke Tanah Air lebih awal (tanazul). Namun tidak semua jemaah bisa di-tanazul-kan karena terkendala seat dan kondisi pasien.
Jemaah yang sakitnya tidak parah bisa dengan mudah ditanzulkan, sebab mereka bisa duduk layaknya penumpang biasa tanpa harus ada seat khusus.
“Namun bagi jemaah yang sakit berat seperti stroke atau patah kaki, cukup kesulitan jika harus tanazul dengan menggunakan pesawat biasa,” jelas Eka.
Kehadiran pesawat ini khusus ini tentu akan sangat membantu pemulangan jemaah dengan kondisi tersebut. Karena khusus untuk orang sakit, pesawat ini juga didesain khusus bagi orang sakit berikut tempat duduk pagi petugas pendamping.
Dari catatan petugas dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jemaah sakit yang tengah dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Mekah saat ini mencapai 110 orang.
Sementara itu, jemaah yang dirawat di Jeddah mencapai 30 orang, dengan rincian 16 BPHI dan sisanya di rumah sakit Arab Saudi.
Ketua Tim Kesehatan Kemenkes dr Chaerul Rajab Nasution mengakui jumlah jemaah haji Indonesia yang sakit masih tinggi.
Bahkan jemaah haji Indonesia yang masuk dalam golongan berisiko tinggi (risti) mencapai 50% dari total 221.000 jemaah. Angka kematian pasca Armina selalu tinggi karena jemaah sangat kelelahan.
dtc/nad