News
Rabu, 1 Desember 2010 - 14:26 WIB

PBB: Lebih 33 juta orang idap HIV/AIDS

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

New York–Jumlah orang dengan virus HIV/AIDS (ODHA) di seluruh dunia terus bertambah walau peningkatannya tidak sebesar sepuluh tahun lalu. Namun jumlah kematian ODHA dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun berkat gencarnya penelitian dan tindakan medis atas virus yang merusak sistem kekebalan tubuh itu.

Demikian laporan dari suatu penelitian di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dalam rangka menyambut hari peringatan AIDS se-Dunia, Rabu (1/12).

Advertisement

Dipublikasikan akhir November lalu, laporan UNAIDS 2010 mengungkapkan ada sekitar 2,6 juta ODHA baru. “Ini berarti penurunan hampir 20 persen dari data 1999, yaitu sebanyak 3,1 juta [pengidap baru],” demikian pernyataan UNAIDS.

Dengan demikian, hingga akhir 2009, terdapat sekitar 33,3 juta ODHA di penjuru dunia. Jumlah ini naik sedikit dari data 2008, yaitu rata-rata sebanyak 32,8 juta jiwa.

Selain itu, pada 2009, terdapat rata-rata 1,8 juta kasus kematian ODHA. Ini hampir seperlima lebih rendah dari jumlah penderita yang tewas pada 2004, yaitu sebanyak 2,1 jiwa.

Advertisement

Menurut UNAIDS, penurunan ini sebagian besar diakibatkan makin banyak orang yang mendapat akses terapi antiretroviral. Kendati tidak menyembuhkan, perawatan ini dinilai efektif memperpanjang harapan hidup ODHA sehingga mampu bertahan selama beberapa tahun dari ganasnya virus HIV.

Namun, terapi bagi ODHA dikhawatirkan mengalami hambatan serius. Menurut laman harian Christian Science Monitor, pembiayaan untuk riset dan perawatan penderita AIDS mulai terganggu.

Hal ini tidak lain disebabkan menurunnya perekonomian dunia. Biaya terapi antiretroviral bertambah mahal. Selain itu, lembaga bantuan seperti Doctors Without Borders (DWB) memperingatkan akan adanya kekurangan dana dan mundurnya beberapa penyumbang dari pendanaan penting.

Advertisement

“Di Afrika Selatan dan seluruh Afrika, jika kita melihat berkurangnya pendanaan, berarti kita mengalami kemunduran dari kemajuan yang telah diraih selama enam tahun ini. Di negara-negara miskin seperti Mozambique, Lesotho, Swaziland, Zimbabwe dan Malawi, hal ini akan mempengaruhi pengidap lebih parah dan cepat, ” ujar Gilles van Cutsem koordinator medis dari DWB Afsel dan Lesotho.

Pada laporan DWB pada Mei, van Cutsem mengatakan bahwa negara-negara miskin ini memerlukan US$20 miliar dolar untuk tiga tahun ke depan. Saat ini, dana yang terkumpul dari donor swasta baru US$11,7 miliar.

Institut Medis AS mengatakan bahwa dana yang terkumpul untuk program pemulihan AIDS tidak akan pernah cukup untuk menutupi epidemi, yang tetap bertambah walaupun lajunya kian lambat.

vivanews/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif