News
Selasa, 30 November 2010 - 10:27 WIB

Selasa pagi, rupiah di atas Rp 9.000 per dolar

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa pagi (30/11), cenderung stabil, namun masih berada di atas level Rp 9.000 per dolar, meski mata uang asing itu di pasar regional menguat.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar bertahan pada kisaran Rp 9.010-Rp 9.020 per dolar.

Advertisement

Analis PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Selasa, mengatakan rupiah sulit bergerak naik, meski sejumlah pelaku pasar berminat ingin melepas dolar untuk merealisasikan keuntungan.

“Dolar sebelumnya mengalami kenaikan cukup tajam terhadap rupiah yang terpicu kekhawatiran atas krisis keuangan di Eropa,” katanya.

Pelaku pasar ragu-ragu untuk melepas dolar karena mata uang AS di pasar regional menguat hingga menembus level Rp9.000 per dolar. “Kami optimis rupiah akan kembali tertekan karena faktor eksternal kembali melemah,” ujarnya.

Advertisement

Kenaikan dolar AS terhadap euro dan yen, lanjut dia merupakan faktor utama yang menekan rupiah, namun fundamental ekonomi makro Indonesia yang makin solid menahan gejolak aksi lepas rupiah berlanjut.

Pelaku pasar sebenarnya menunggu laporan Badan Pusat Statistisk (BPS) mengenai laju inflasi November 2010 yang diperkirakan akan lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, katanya.

Akibatnya, menurut dia, pelaku hati-hati melakukan transaksi perdagangan di pasar uang, mereka ingin mengetahui laporan BPS mengenai laju inflasi November.

Advertisement

Apabila laju inflasi November meningkat, rupiah akan kembali tertekan, karena pelaku akan terus membeli rupiah, ucapnya.

Ia juga mengatakan, posisi rupiah yang berada di atas Rp 9.000 per dolar merupakan keinginan pemerintah yang telah meminta Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi pasar, namun mata uang lokal itu terpuruk akibat faktor eksternal.

“Faktor eksternal berlanjut melemah, karena meningkatnya kekhawatiran atas krisis keuangan di Eropa,” jelasnya.

ant/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif