News
Selasa, 30 November 2010 - 16:12 WIB

Mendagri harap isu panas Yogya tak benturkan Sultan dan SBY

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta--Persoalan keistimewaan Yogyakarta memanas saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkomentar tentang monarki.

Sultan Hamengkubuwono X dan SBY pun seperti berbenturan mengenai masalah ini.

Advertisement

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menegaskan, masyarakat tidak perlu membenturkan kedua pemimpin itu.

“Itu tidak perlu dihadapkan antara Sultan dan pemerintah,” katanya saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (30/11).

Gamawan menyambangi DPR untuk rapat kerja dengan Komisi II DPR membahas revisi UU Parpol.

Advertisement

Gamawan menuturkan, proses pembuataan RUU Keistimewaan Yogyakarta memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Apalagi, RUU tersebut juga akan mengatur tentang sultan selanjutnya seperti HB XI dan HB XII.

“Kita bahas soal bagaimana proses pemilihannya, kalau umur Sultan HB X sudah 80 tahun apa masih jadi gubernur, itu kan harus kita pertimbangkan secara konstitusi,” ujar mantan Gubernur Sumatera Barat ini.

Pada 26 November, SBY menyebutkan, sistem monarki bertentangan dengan demokrasi di Indonesia. Pernyataan ini menandakan SBY ingin pemimpin Yogya dipilih oleh rakyat langsung dan bukan ditetapkan seperti yang terjadi selama ini.

Advertisement

Pernyataan SBY itu lantas ditanggapi beragam oleh publik dan partai politik. Sejumlah budayawan Yogyakarta juga ikut angkat bicara. Ada yang menyebut, pernyataan SBY itu melukai warga Yogyakarta.

Menurut draf RUU Keistimewaan DIY yang sedang digodok Kemendagri, DIY memiliki 7 keistimewaan. Hanya saja, 1 keistimewaan masih menjadi perdebatan yaitu soal penetapan atau pemilihan pemimpin DIY.

dtc/nad

Advertisement
Kata Kunci : Isu Panas Yogya
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif