Jika pascalebaran lalu Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng menyampaikan harga kapas baru naik kisaran 10% sehingga berdampak pada kenaikan harga produk tekstil seperti kain mori pada kisaran 2% hingga 3% saja, tetapi saat ini harga kapas sudah naik kisaran 20% hingga 30%. Kenaikan harga kain pun mengikuti.
Seperti disampaikan Pemilik PT Sekar Lima Sekawan, Liliek Setiawan. “Untuk produksi kain sudah kami hentikan sementara, sejak satu bulan lalu. Kami memilih berhenti produksi karena harga kapas di pasaran internasional semakin tidak terkendali. Dulu rata-rata hanya 80 sen hingga 90 sen per kilogram, sekarang bisa mencapai 1,3 dolar hingga 1,4 dolar per kilogramnya,” tutur Liliek, kepada Espos, Senin (22/11).
Dengan kenaikan harga kapas yang demikian tinggi, maka harga kain mori saja bisa terkerek hingga dua kali lipat. Misalnya, lanjut Liliek, kalau saat kondisi normal harga kain mori hanya berkisar Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per meter, saat ini bisa naik hingga Rp 10.000 per meter. “Kenaikan harga ini sulit diterima pasar.
Sehingga, dari pada kami merugi karena kenaikan biaya produksinya tidak seimbang dengan harga jual, kami pun memilih berhenti dulu.” Ia mengatakan, kondisi ini disebabkan karena di beberapa negara penghasil kapas seperti Pakistan, China, Brasil mengalami gagal panen.
haw