News
Sabtu, 20 November 2010 - 11:27 WIB

Prahara PRT, Negeri sendiri tak lebih baik

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Nasib pembantu rumah tangga (PRT) di Indonesia tidak lebih baik dibandingkan nasib TKW di luar negeri. Meski berada di ‘rumah sendiri’, perlakuan tidak adil kerap juga diterima mereka.

Mulai dari kekerasan fisik hingga tidak dibayar upahnya, juga pernah dialami oleh para PRT di Indonesia. Jaringan Nasional Advokasi (Jala) PRT menyesalkan, kenapa nasib PRT di Indonesia tidak diperhatikan oleh pemerintah.

Advertisement

“Kita sendiri sering perlakukan PRT tidak standar, sering menyuruh secara semena-mena,” ujar koordinator Jala, Lita, seperti dilansir detikcom, Sabtu (20/11).

Selama tahun 2010 ini saja, Jala mencatat ada 17 PRT yang mengalami tindak kekerasan. Bahkan di antara mereka ada juga yang hingga tewas, meski bukan akibat tindak kekerasan.

Advertisement

Selama tahun 2010 ini saja, Jala mencatat ada 17 PRT yang mengalami tindak kekerasan. Bahkan di antara mereka ada juga yang hingga tewas, meski bukan akibat tindak kekerasan.

Menurut Lita, kasus PRT baru terungkap jika ada pendamping dari LSM, atau saat kasusnya sudah parah. Umumnya PRT tidak tahu bagaimana cara menghadapi masalah kekerasan yang mereka terima.

“75 persen kekerasan multi jenis seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis, Kekerasan ekonomi dan pelanggaran hak atas upah,” ungkap Lita.

Advertisement

1. Februari 2010, Sumirah, 28, asal Jateng. Ia menerima kekerasan fisik selama bekerja 3 tahun. Ia buta karena berkali-kali disiram minyak kampak oleh majikannya.

Sumirah juga dipaksa kerja sejak pukul 05.00-01.00 keesokan harinya. Upah Rp 200 ribu/bulan juga tidak diterimanya selama 1,5 tahun.

2. Maret 2010, Sutry, 18, asal Manado. Sutry sering dianiaya dengan cara dipukul, ditampar da dicubit. Selama dua bulan ia tidak dibayar upahnya.

Advertisement

3. Maret 2010, Siti Saumah, 14. Selama dua tahun ia sering dianiaya. Bahkan yang terakhir ia sempat disiram air panas dan dicambuk hingga 200 kali.

4. Juli 2010, Rini, 23 dan Siti, 22, mengalami kecelakaan kerja di Kompleks Perumahan Citra Garden, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Mereka berdua meninggal karena berada asap genset dan korban berada di ruang tanpa ventilasi.

5. Maret 2010, Haryanti, 20 asal Magelang. Haryanti sering dipukul, ditusuk dengan garpu dan penggorengan, sering tidak diberi makan. Ia bekerja di Lemahabang, Bekasi.

Advertisement

6. Mei 2010, Warni, 14 warga Ciwidey, Bandung. Saat bekerja di kawasan Cikutra, upah Warni tidak dibayar selama 4 bulan. Ia dipaksa kerja terus menerus sejak pukul 04.00-24.00 WIB. Saat sakit, ia tidak diberi pengobatan tapi tetap diperintah bekerja.

dtc/nad

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif