“Di Jl Antena Radio Dalam ada sapi yang sepertinya sesak nafas. Rupanya itu sapi dari lereng Merapi,” kata dr Eko Hendri, petugas pengawas daging dari Suku Dinas Peternakan dan Pertanian Jaksel.
Hal tersebut dia sampaikan saat melakukan inspeksi pemotongan hewan kurban di Masjid Agung Al Azhar, Jl Sisingamangaraja, Jaksel, Selasa (16/11).
Eko menduga, penyakit itu didapat selama proses perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta. Alasannya, hanya satu sapi yang terkena penyakit dari puluhan ekor sapi.
“Mungkin dia di truk paling depan. Dia dari lereng Merapi kilometer 6,” tambahnya.
Menurut Eko, sapi tersebut harus diperiksa dulu oleh petugas. Namun jika pada akhirnya tetap disembelih, maka bagian paru-parunya tidak boleh dikonsumsi.
“Selain paru-paru, semuanya aman,” imbuhnya.
Meski demikian, menurut Eko secara umum kondisi sapi kurban di Jakarta Selatan layak untuk dikonsumsi. Berdasar hasil pemeriksaannya, semua dalam kondisi baik.
Hanya saja, dia menyarankan agar sapi yang didatangkan dari daerah, harus diistirahatkan lebih dulu selama 10 jam. Sehingga ketika tiba waktunya penyembelihan, sapi sudah dalam kondisi segar dan dagingnya lebih layak untuk dikonsumsi
“Supaya tidak terlalu capek dan stres. Karena kalau dia stres saat dipotong, PH-nya terlalu rendah, dagingnya berwana gelap, berlendir dan cepat mengalami pembusukan,” jelasnya.
dtc/nad