Tokoh
Jumat, 12 November 2010 - 09:24 WIB

Nadine pindahkan Wakatobi ke layar lebar

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Nadine Chandrawinata (istimewa)

Siapa yang tidak tahu tentang keindahan laut Wakatobi, Sulawesi Tenggara? Namun bagaimana kehidupan Suku Bajo, sebagai penghuni Wakatobi? Nadine Chandrawinata akan menjawab pertanyaan tersebut lewat film.

Puteri Indonesia 2005 itu tengah berlega hati karena baru menyelesaikan syuting sebuah film tentang alam yang merekam keindahan laut wakatobi dan kehidupan masyarakatnya yang berjudul The Mirror Never Lies. Di film itu, Nadine bertindak sebagai produser.

Advertisement

Nadine banyak bercerita tentang film yang ia garap bersama Kamila Andini Sari sebagai sutradara. Katanya filmnya nanti juga dipakai untuk kampanye pelestarian alam.

“Itu film tentang Suku Bajo dan budayanya. Kita juga bekerja sama dengan WWF. Kita mengangkat pesan-pesan pelestarian. Kita angkat Suku Bajo tentang ritualnya, kepercayaanya, dan lain-lain,” jelas Nadine saat menghadiri penutupan Aku Cinta Indonesia (ACI) di kantor detikcom, di Jalan Warung Jati Raya, Jakarta Selatan, Kamis (11/11).

Nadine melanjutkan ia akan memberikan pandangan berbeda tentang Suku Bajo. Hal itu dikarenakan adanya anggapan kalau Suku Bajo adalah pengembara laut yang merusak alam dengan membangun rumah di atas terumbu karang.

Advertisement

“Tapi di sisi lain mereka punya cara lain untuk menjaga terumbu karang dan memberikan kepada alam agar memperoleh ikan lebih banyak. Mereka punya cara sendiri. Jadi kita di sini diajarkan jangan melihat dari satu sisi saja, tapi berdasarkan sudut pandang berbeda. Pesan kelestarian kita angkat,” papar perempuan kelahiran 8 Mei 1984.

Pemain yang terlibat di film tersebut di antaranya atiqah hasiholan dan Reza Rahardian. Di film tersebut Atiqah sebagai seorang ibu asli Suku Bajo, sedangkan Reza berperan sebagai pendatang.

“Atiqah jadi salah satu Suku Bajo, dia harus belajar foto ikan, logatnya, dan cara berpaian. Karena dia akan menjadi sosok ibu dari Suku Bajo. Nanti akan ada bumbu-bumbu romantisnya, ada konflik juga, nilai-nilai alam. Aku juga melibatkan 5 anak Suku Bajo untuk bermain. Kita casting di sana, dan ternyata mereka itu pintar,” jelas Nadine.

Advertisement

Untuk penggarapan film tersebut, Nadine 100 persen memilih Wakatobi sebagai lokasi syuting. Waktu yang dibutuhkan pun hanya satu bulan. “Tapi konsepnya dipikirkan selama tiga tahun,” jelas perempuan yang hobi berpetualang itu.

Debut film Nadine tersebut siap tayang pada 22 April 2011 yang bertepatan dengan Hari Bumi. Ia berharap film pertamanya itu bisa mengajak generasi muda untuk ikut mencintai dan melestarikan alam Indonesia.

dtc/tiw

Advertisement
Kata Kunci : Nadine
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif