Kedatangan Obama ini diharapkan dapat memberikan setidaknya dua manfaat bagi Indonesia.
“Ada dua kategori manfaat yang dapat dipetik oleh Indonesia dengan kedatangan Obama. Manfaat ini manfaat praktis saat Indonesia menghadap bencana dan manfaat hubungan kedua negara,” kata Profesor Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, seperti dilansir detikcom, Senin (8/11).
Menurut Hikmahanto, manfaat praktis adalah Indonesia dapat mengkapitalisasi kedatangan Obama itu dalam hal penerbangan internasional. Bahwa penerbangan asing yang oleh beberapa airline sempat dibatalkan meski tidak ada airmen’s notice adalah tidak berdasar.
Menurut Hikmahanto, manfaat praktis adalah Indonesia dapat mengkapitalisasi kedatangan Obama itu dalam hal penerbangan internasional. Bahwa penerbangan asing yang oleh beberapa airline sempat dibatalkan meski tidak ada airmen’s notice adalah tidak berdasar.
“Buktinya penerbangan Obama tidak terganggu oleh abu vulkanik dari Gunung Merapi,” katanya.
Manfaat praktis lainnya, sambung Hikmahanto, adalah apa yang telah dilakukan berbagai komponen bangsa terkait dengan serentetan bencana di tanah air.
“Kepentingan Indonesia di antaranya normalisasi hubungan militer dan dimungkinkannya Indonesia membeli suku cadang bagi alutsista asal AS. Juga perdagangan komoditas asal Indonesia tidak diganggu dengan masalah lingkungan hidup, tuduhan dumping atau tidak terpenuhinya standar ISO,” imbuhnya.
Lalu, di samping itu, Obama diharapkan dapat diminta untuk menyerukan agar pelaku usaha asal AS yang melakukan eksploitasi sumber daya alam Indonesia untuk bisa lebih bertanggungjawab salam memberi kontribusi bagi Indonesia.
“Sementara Indonesia sebagai negara berkembang dapat dibicarakan proses kemerdekaan Palestina. Disamping itu Indonesia harus meminta AS tidak selalu melindungi Israel saat negara tersebut dinyatakan bersalah, semisal dalam kasus Mavi Marmara,” ujarnya.
Terakhir, pesan Hikmahanto, pembicaraan antara AS dan Indonesia bisa difokuskan pada peran kedua negara dalam perdamaian dan perekonomian internasional.
“Indonesia harus dipandang sebagai mitra strategis oleh AS dalam menyikapi dinamika dan perkembangan isu dunia,” tutupnya.
dtc/nad