Klaten (Espos)--Debu vulkanik Gunung Merapi berhamburan di wilayah Klaten Kota dan sekitarnya, Jumat (5/11). Meski intensitasnya relatif ringan, namun kondisi itu membuat warga setempat waswas dan bergegas menggunakan masker dalam setiap aktivitas mereka.
Dwi, 45, warga Gayamprit, Klaten Selatan, mengaku debu Merapi membuat hidungnya serasa digelitik sepanjang hari. “Sebenarnya kalau pakai masker rasanya <i>sumuk<i>. Tapi daripada nanti saya sakit lebih baik pakai masker,” ungkapnya. Menurutnya, debu vulkanik baru kali ini terlihat kentara, meskipun Merapi sudah berulang kali meletus.
Senada, Yuliani, 25, warga Karanganom, Klaten Utara menuturkan, debu Merapi membuat matanya terasa pedih. Kebetulan, ia tak menggunakan kacamata. Kekhawatiran perempuan lajang itu bertambah lantaran dirinya menerima SMS bahwa debu vulkanik mengandung silica yang jika terhirup akan sangat berbahaya. “Makanya saya ngeri,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, dr Ronny Roekmito mengatakan, debu vulkanik jika terhirup dalam jumlah besar bisa mengganggu saluran pernapasan. Oleh sebab itu, ia menganjurkan warga memakai masker serta kacamata. “Partikel yang ada dalam debu sangat halus sehingga perlu dicegah agar tak langsung masuk ke saluran pernapasan atau bersinggungan dengan bola mata,” jelasnya.
Namun untuk memastikan debu itu mengandung silika atau tidak, menurutnya perlu ada penelitian. Menurut dia, jika tak ada masker, masyarakat bisa memakai sleyer atau sapu tangan untuk menutupi hidung.
Ronny menuturkan, pihaknya mendapat ajuan permintaan masker dari sekolahan serta instansi-instansi. Namun pihaknya tak bisa memenuhi permintaan itu karena stok Dinkes terbatas dan diperuntukkan bagi pengungsi. Pihaknya kini berupaya mendapat tambahan bantuan masker dari Pusat Krisis Depkes.
rei