News
Rabu, 29 September 2010 - 08:19 WIB

Amankan Tarakan, tiga Polres diperbantukan

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tarakan–Bentrokan dua etnis kembali pecah di Tarakan, Kalimantan Timur. Warga setempat yang terlibat bentrok dengan etnis Bugis dari Sulawesi, dilaporkan membawa senjata tradisional asli Dayak.

“Saya lihat dalam gambar, mereka membawa mandau (senjata khas Dayak),” kata Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Marwoto Soeto saat dihubungi, Rabu (29/9).

Advertisement

Menurut Marwoto, bentrokan pagi ini dipicu karena kubu korban tewas, Abdullah, yang juga warga asli setempat tidak puas dengan tuntutan yang diajukan. Kubu korban merasa tuntutannya tidak dipenuhi oleh kelompok lawan.

Abdullah sendiri tewas saat bentrokan pertama pecah pada Senin (27/9) dini hari waktu setempat. Abdullah tewas diduga dikeroyok lima orang yang melakukan pemalakan terhadap anaknya.

Saat ini, polisi di lokasi terdekat sudah berjaga-jaga. Personel dari tiga markas Kepolisian Resor (Polres) sudah dikerahkan. “Ada bantuan dari Polres Nunukan, Polres Berau, dan Polres Bulungan. Tiga Polres itu paling dekat dengan lokasi,” kata Marwoto.

Advertisement

Bentrokan pertama berawal dari pengeroyokan anak korban Abdullah, Abdul Rahmansyah oleh lima orang pada Minggu (26/9) pukul 22.30 WITA. Saat itu Abdul Rahmansyah sedang melintas di kompleks Korpri.

Tiba-tiba Abdul Rahmansyah dihadang lima orang tak dikenal. “Dikeroyok, mengalami luka-luka dan dirawat di RS Tarakan,” kata Wakil Kepala Divisi Humas Polri, Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana, kemarin.

Setelah itu, Senin (27/9) pukul 00.00 WITA orang tua Abdul Rahmansyah, Abdullah beserta enam orang suku Tidung lainnya mencoba mendatangi pengeroyok anaknya. Keributan pun pecah. “Dalam insiden itu meninggal satu orang, Abdullah,” kata Untung Yoga.

Advertisement

vivanews/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif