Soloraya
Minggu, 26 September 2010 - 23:54 WIB

Dishub ajukan anggaran Rp 100 juta dalam APBD-P

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)–Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo mengajukan anggaran senilai Rp 100 juta dalam APBD Perubahan (APBD-P), guna mendukung pengoperasian Batik Solo Trans (BST).

Menurut rencana, sekitar Rp 50 juta di antaranya akan dialokasikan untuk penyempurnaan pembangunan selter. Hal itu dikemukakan Kepala Dishub Kota Solo, Yosca Herman Sudrajad, ketika dihubungi Espos melalui Ponselnya, Minggu (26/9). “Nilai yang kami ajukan dalam APBD-P hanya sekitar Rp 100 juta, untuk keperluan sosialisasi, termasuk ram difabel dan sebagainya,” ungkap Yosca.

Advertisement

Sebagaimana diketahui, hingga kini Pemkot masih menemukan sejumlah kendala terkait pengoperasian BST yang telah diujicobakan beberapa waktu lalu. Dari 51 selter yang dibutuhkan sebagai tempat pemberhentian BST tersebut, saat ini baru ada 35 selter yang didirikan di sejumlah lokasi.

“Memang banyak komplain yang kami terima dari masyarakat terkait belum lengkapnya sejumlah fasilitas yang seharusnya ada pada BST. Namun komplain tersebut kami tanggapi secara positif. Beberapa fasilitas pada selter yang masih belum lengkap, termasuk akses bagi kaum difabel, itu yang sedang kami upayakan saat ini. Mudah-mudahan anggaran yang kami ajukan dalam APBD-P bisa disetujui,” imbuh dia.

Dalam pembangunan selter sendiri, menurut Yosca, kendala yang dihadapi berbeda mengingat masing-masing selter memiliki karakteristik yang berbeda. Dia mencontohkan, untuk selter di Pasar Gede yang berlokasi di Jl Urip Sumoharjo, lahannya cukup sempit sehingga ada kendala untuk pemasangan akses bagi kaum difabel.

Advertisement

Selain itu, selter Purwosari sisi utara masih terkendala pohon besar di dekat selter. Kondisi serupa juga terjadi di selter Gladag. Selain pohon, di lokasi tersebut juga terdapat taman kota. “Jadi harus dipertimbangkan pula kondisi di sekitar lokasi penempatan selter,” katanya.

Sementara kendala nonteknis, menurut Yosca, yang yang dihadapi adalah belum ada kesadaran dari masyarakat tentang sistem BST itu sendiri. “Pengoperasian BST ini kan ada sistemnya sendiri, sementara di lapangan, kendalanya sangat beragam. Misalnya, harus naik dan turun di selter yang sudah ditentukan. Penumpang tidak bisa turun di sembarang tempat, demikian pula sopir BST tidak boleh menurunkan penumpang di sembarang tempat,” pungkasnya.

sry

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Bst
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif