Soloraya
Jumat, 24 September 2010 - 03:10 WIB

Pakai rok mini ke sekolah, seorang siswi dipaksa memakai sarung

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sukoharjo (Espos)--Salah seorang siswi SMPN 4 Tawangsari, Anisa Aulia Putri, 14, merasa diperlakukan semena-mena oleh guru bimbingan konseling (BK) di sekolahnya. Pasalnya, dia dipaksa untuk mengganti rok yang dia kenakan dengan sarung milik sekolah.

Atas kejadian itu, Anisa merasa malu dan tertekan. Bahkan, sehari seusai kejadian itu, dia tidak masuk ke sekolah. Kejadian yang dilakukan guru BK terhadap Anisa langsung mendapatkan perhatian dari lembaga swadaya masyarakat LSM, Komisi IV DPRD Sukoharjo, serta Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo.

Advertisement

Manajer Lembaga Peduli Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (LP3M) Sukoharjo, Wahyono yang mendampingi Anisa mengatakan peristiwa yang terjadi Rabu (22/9) tidak bisa dibenarkan. Karena pelaksanaan tata tertib di sekolah bisa dilaksanakan dengan cara santun dan tidak dengan paksaan yang justru membuat mental siswa menjadi tertekan.

“Kasihan sekali anak itu, sampai dia nangis karena malu. Pulangnya saja dia masih pakai sarung. Sementara roknya disita oleh guru BK,” ujar Wahyono kepada wartawan di SMPN 4 Tawangsari, Jumat (24/9).

Advertisement

“Kasihan sekali anak itu, sampai dia nangis karena malu. Pulangnya saja dia masih pakai sarung. Sementara roknya disita oleh guru BK,” ujar Wahyono kepada wartawan di SMPN 4 Tawangsari, Jumat (24/9).

Dia menambahkan, jika memang rok yang dikenakan Anisa dianggap terlalu pendek atau ketat, seyogyanya guru setempat bisa memperingatkan dengan cara halus dan sopan. Bisa juga dengan cara memberikan peringatan lisan atau tertulis, bahkan bisa jadi memberikan surat teguran kepada wali murid yang bersangkutan.

“Menurut pengakuan dia (Anisa-red), dia dipaksa pakai sarung itu. Karena roknya dianggap terlalu pendek. Karena anak itu memang bongsor, tingginya melebihi teman-teman lain, sekitar 165 cm,” tukas Wahyono.

Advertisement

Menurut Guru BK SMPN 4 Tawangsari, Sugiman, Anisa dan sekitar tiga murid lainnya sudah berulang kali mendapatkan teguran mengenai rok yang ia kenakan sejak ia duduk di kelas VIII. Tapi teguran itu tidak pernah diindahkan.

Sugiman mengatakan, ukuran dan cara pemakaian rok yang dilakukan siswi kelas IX dan ketiga temannya melanggar kesopanan dan masuk dalam pelanggaran tata tertib sekolah.

“Cara memakainya itu mete-mete (agak mlorot dari pinggul-red). Apalagi, sudah ada aturan kalau rok sekolah harus sampai bawah lutut. Sedangkan celana untuk laki-laki batasannya lima centimeter di atas lutut. Kalau peringatan sudah berulang-ulang, tapi tetap saja tidak digubris,” jelasnya.

Advertisement

Dia mengaku tidak memaksa apalagi menggunakan cara-cara kasar ketika meminta Anisa mengganti roknya dengan sarung yang biasa digunakan salat berjamaan SMPN 4 Tawangsari itu. Dia pun menyuruhnya ganti di kamar mandi guru, bukan di tepat terbuka.

“Kejadiannya itu sekitar pukul 08.30 WIB. Dan setahu saya, pulangnya Anisa pinjam  celana olahraga  temannya,” jelas Sugiman.

Dari kejadian itu, Kepala SMPN 4 Tawangsari, Sriyono dipanggil Disdik untuk menjelaskan duduk perkara dari persoalan itu. Di hadapan Komisi IV, Sriyono juga menambahkan, kalau apa yang dilakukan Sugiman semat-mata untuk menegakkan peraturan dan tata tertib sekolah. Pihak sekolah juga berjanji, akan menegakkan tata tertib sekolah dengan cara yang benar.

Advertisement

“Kami menerima segala masukan itu. Kami berharap, peristiwa ini justru tidak menjadi bola panas. Kami tadi juga sudah menjelaskan peristiwa ini pada Disdik,” katanya.

M Samrodin berharap, penegakkan tata tertib sekolah bisa dilaksanakan dengan cara santun dan tidak menyebabkan siswa justru menjadi tertekan secara fisik maupun mental. Dia juga meminta Disdik tidak mengacuhkan persoalan-persoalan ironis di dunia pendidikan yang terjadi saat ini.

hkt

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif