“Rakyat diserukan untuk hidup hemat sementara presidennya sendiri tidak hidup hemat dan sederhana. Bagaimana ini?” ujar peneliti Hukum dan Politik Anggaran Indonesia Budget Center (IBC), Roy Salam, Jumat (24/9).
Meski sebagai simbol kepala negara, anggaran untuk SBY dinilai terlalu besar. Anggaran tersebut juga menunjukkan presiden ingin memperkaya dirinya sendiri.
“Cara pandang salah jika sebagai simbol negara Presiden harus diberi anggaran sebegitu banyak. Harusnya kalau presiden makmur, masyarakat juga dong. Tapi ini kan nggak,” kata Roy.
Anggaran dengan nilai fantastis tersebut menurut Roy juga tak sesuai kondisi ekonomi bangsa yang sedang memprihatinkan. “Terbukti sekali pemimpin kita sensitifitasnya masih sangat rendah,” imbuh Roy.
Roy berharap seluruh pejabat pemerintah tak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan rakyat. Jika memang ada anggaran memfasilitasi para pejabat tersebut, sebaiknya mereka menggunakan anggaran pribadi bukan milik negara.
“60 Persen anggaran kita itu untuk kepentingan birokrasi. Maka itu saya harap baik presiden maupun pejabat negara lain lebih efisien dalam hal budgeting. Ketika substansi anggaran tak bersinggungan dengan negara, sebaiknya semua pejabat menggunakan uang sendiri, seperti baju dan furniture. Jangan karena mereka pejabat semua menjadi beban rakyat,” jelasnya.
dtc/try