Solo (Espos)–Sejumlah paguyuban becak di Solo yang tergabung dalam Forum Komunikasi Keluarga Becak (FKKB) Solo berharap ada perhatian lebih dari Pemerintah Kota Solo. Perhatian tersebut berupa keterlibatan sopir becak dalam perkembangan pariwisata di Solo. Hal itu dapat menambah penghasilan dan peningkatkan kesejahteraan sopir becak.
Ketua FKKB Solo Sardi Ahmad saat ditemui <I>Espos<I> mengatakan selama ini pihaknya merasa kurang diperhatikan. Ia juga mengeluhkan semakin minimnya penghasilan setiap harinya. “Sudah lama dan semakin sepi setiap harinya,” katanya, Minggu (19/9).
Ia sempat mengenang masa jaya becak pada era 90-an. Saat itu para turis mancanegara sering menggunakan becak sebagai alat transportasi wisata. Namun saat ini, hampir setiap hari dirinya mengaku tidak pernah mendapat pelanggan wisatawan asing. “Yang banyak warga Solo sini saja,” katanya. “Becak sudah tidak jadi idola,” tambahnya.
Maka, pihaknya mulai merintis sejumlah usaha untuk meningkatkan <I>image<I> sopir becak. Seperti mengikuti kursus bahasa Inggris, melakukan pemetaan sopir becak melalui sensus sopir becak. “Juga saya harap ada rasa persatuan dan kekeluargaan antarsopir becak,” lanjutnya. Selama ini, dirinya merasa kurang adanya kepedulian dari para sopir becak mengenai nasib mereka.
“Sebagian sopir becak saat diajak berkumpul atau melakukan kegiatan, yang itu demi kebaikan semua, mereka tidak mau. Padahal itu juga untuk kepentingan semua,” katanya. Hal inilah, tambahnya, yang menjadikan posisi sopir becak kurang diperhatikan. “Selain itu juga juragan becak harus ikut peduli dengan sopir becak, saling kerjasama dan saling menguntungkan keduanya,” pungkasnya.
m86