Jakarta–M<enilik sejarah, Jaksa Agung justru lebih banyak berasal dari nonkarier. Mereka dinilai lebih memiliki prestasi dibandingkan jaksa yang berasal dari internal Kejaksaan.
“Prestasi besar ada di Marzuki Darusman dan Baharudin Lopa. Jaksa karier, MA Rachman nyaris tanpa prestasi, kemudian Hendarman Supandji memang sempat majukan kasus ECW Neloe (mantan Dirut Mandiri) tapi minus dalam menindak jaksa nakal,” kata Ketua Dewan Pembina Kontras, Usman Hamid, Minggu (19/9).
Marzuki dan Lopa dinilai berani menuntaskan kasus HAM, juga melakukan perubahan di tubuh Kejagung, meski tidak tuntas. Selain itu, sejak Kejaksaan berdiri setelah proklamasi 1945, Jaksa Agung selalu dari luar kejaksaan. Hanya tiga sampai lima orang dari total 22 Jaksa Agung yang dari dalam.
Contohnya adalah Mr Gatot Taroenamihardja, Kasman Singodimedjo, Tirtawinata, R Soeprapto, Mr Goenawan dan lainnya. Baru kemudian tahun 90-an Jaksa Agung berasal dari jaksa karier yaitu, Singgih. Setelah itu kembali ke nonkarier, seperti Andi Ghalib, Marzuki Darusman, Baharudin Lopa, dan Marsillam Simandjuntak, dan Abdulrahman Saleh.
“Yang utama sekarang adalah menemukan figur yang berintegritas serta dihormati semua masyarakat hukum,” imbuh Usman.
dtc/try